Tampilkan postingan dengan label Dunia Kerja. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Dunia Kerja. Tampilkan semua postingan

Rabu, 24 November 2010

Pantangan Menjelang Wawancara Kerja

Saat ekonomi sulit seperti sekarang ini mencari pekerjaan bukanlah hal yang mudah. Agar bisa bertahan dan melewati pelamar-pelamar yang lain, coba perhatikan enam pantangan menjelang tes wawancara:

1. Jangan Datang Terlambat.
Anda akan memberikan kesan terbaik apabila Anda datang tepat waktu saat tes wawancara. Jika Anda belum tahu tempat Anda melakukan tes itu, maka tidak ada salahnya mencari tahu tempat yang Anda tuju sehari sebelumnya. Selain itu, apabila Anda telalu cepat datang, Anda cek kembali penampilan dan memperkirtakan pertanyaan yang akan diberikan.

2. Jangan Gugup.
Anda bisa mengenal orang lain melalui bersalaman. Apabila Anda bersalaman dengan lemas dan tidak bertenaga, hal itu menunjukan Anda gugup dan kurang percaya diri. Sebaliknya, bersalaman dengan pegangan yang kuat menggambarkan bahwa Anda sangat agresif. Jadi cobalah bersalaman dengan santai dan biasa.

3. Jangan Duduk Membungkuk.
Sikap duduk seperti itu akan membuat Anda terlihat malas. Menurut artikel dari Body Language for Dummies, sikap duduk membungkuk juga menunjukkan bahwa Anda kurang percaya diri dan tidak tertarik dengan pekerjaan itu. Sikap duduk Anda akan mempengaruhi tes wawancara. Lebih baik Anda duduk dengan tegap dan lurus selama tes berlangsung.

4. Jangan Berikan Tatapan Kosong.
Beberapa budaya mengatakan, berbincang-bincang tanpa melihat tatapan lawan bicara merupakan perilaku yang kurang sopan. Kadang-kadang Anda akan menatap dengan kosong atau tidak melihat wajah pewawancara ketika merasa gugup atau tidak nyaman. Ada baiknya Anda menatap bagian lain dari pewawancara, seperti jidat atau bibirnya.

5. Jangan Datang Tes Wawancara tanpa Persiapan Apa pun.
Ketika Anda akan menghadapi tes wawancara, ada baiknya Anda mengetahui profil perusahaan yang Anda tuju atau pekerjaan yang akan Anda geluti.

6. Jangan Lupakan Sopan Santun Anda.
Sopan santun merupakan hal yang paling penting. Jangan lupa berikan senyuman kecil ketika Anda pertama kali bertemu dengan pewawancara Anda. Terakhir jangan lupa mengucapkan terima kasih atas kesempatan yang telah diberikan itu.

Jumat, 20 Agustus 2010

Dunia Kerja Di Jepang

Mungkin beberapa dari kita ingin hidup dan bekerja di Jepang. Bayangkan koleksi anime dan JAV yang bisa didapat dengan mudah, makanan2 yang eksotis, dan wanita-wanitanya yang baik hati

Namun bukan hal-hal tersebut yang saya akan bahas namun kehidupan mayoritas karyawan di Jepang yang biasa disebut Salaryman.

Setiap tahun terdapat jutaan mahasiswa yang bersorak gembira ketika mereka dinyatakan lulus dari universitas. Mereka senang karena jerih payah orang tua tidak sia-sia setelah mereka di wisuda mengenakan toga. Sayang sekali... mereka tidak sadar kalau mereka baru saja keluar dari 'kandang anak kucing' dan masuk ke hutan belantara yang dipenuhi oleh singa, ular berbisa, mawar beracun, dan banyak lagi yang aneh-aneh.

(Baru lulus nih, ga sia2 belajar keras)

Menurut survey di Tokyo, orang-orang yang baru lulus kuliah cenderung mengalami tingkat stress yang lebih tinggi jika dibandingkan ketika mereka sedang menghadapi ujian terakhir di kampus.

Kenapa mereka lebih stress? Karena mereka tidak bisa mendapatkan pekerjaan!

Makin hari makin banyak darah segar yang bersaing ketat untuk mendapatkan pekerjaan. Dan ketika saingan semakin banyak, banyak pula yang rela di gaji rendah, kerja semakin larut, dan tingkat kesehatan yang semakin menurun.

Nah disinilah kenyataan bersikap kejam
Inilah dunia kerja Jepang yang sesungguhnya.

'Setiap hari saya hidup dengan kegelisahan yang mengerikan,' kata Ikezaki, seorang karyawan kontrak yang saat ini kerja dengan gaji ¥75.000/bulan (atau sekitar 7 juta rupiah per bulan). 'Ketika saya berpikir tentang masa depan saya, saya jadi tidak bisa tidur di malam hari.'

Berdasarkan data dari pemerintah Jepang, terdapat lebih dari 10 juta orang yang hidup dengan penghasilan kurang dari standard normalnya Jepang yaitu ¥1.600.000/tahun (atau sekitar 155 juta rupiah per tahun).

Mungkin ini semua adalah akibat dari perusahaan-perusahaan Jepang yang lebih mementingkan keuntungan perusahaan dan memanfaatkan keluguan para pekerja baru (yang jelas-jelas tidak punya pilihan lain)


Terciptalah salaryman. Orang-orang yang hidup dengan gaji rendah, kerja setengah mati, tanpa uang lembur, dan tanpa kepastian peningkatan karir meskipun mereka telah bekerja puluhan tahun. Makanya jangan heran ketika kamu melihat banyak karyawan Jepang yang tertidur pulas di kereta ketika mereka menuju pulang ke rumah. Mereka terlalu lelah



Kata salaryman sendiri diambil dari bahasa Inggris, yaitu salary (gaji) dan man (orang), jadi salaryman artinya adalah orang yang hidupnya 100% tergantung dari gaji. Mereka kalo sampai dipecat rasanya dunia kiamat. Kalo di Indonesia, ini sama dengan bangsawan = bangsa karyawan.

Saking stressnya, tercipta satu kata baru yang terkenal di dunia pekerja Jepang untuk menggambarkan betapa kerasnya kerja di Jepang, yaitu karoshi.

Apa itu karoshi?

Simak dibawah juga..

Karoshi artinya 'mati di kerja' atau kematian karena stress pekerjaan. Halusnya berarti 'meninggal karena setia dan mengabdi kepada perusahaan'. Kematiannya bisa karena kecelakaan di tempat kerja, kematian karena terlalu lelah (kesehatannya menurun jauh), ataupun karena bunuh diri karena stress kerja.

Saking seriusnya masalah ini, pemerintah Jepang telah mencoba berbagai cara untuk mengatasinya. Mulai dari menyediakan nomor telepon darurat untuk menerima keluh-kesah para salaryman, buku petunjuk untuk mengurangi stress, sampai mensahkan undang-undang yang memberikan sejumlah uang (asuransi) ke para janda dan anak-anak yang ditinggal mati karena karoshi.

Menurut data pemerintah, dari 2.207 kasus bunuh diri pada tahun 2007, 672-nya adalah karena pekerjaannya terlalu banyak. Kasus karoshi yang terkenal adalah kasus kematian Kenichi Uchino pada tahun 2002, seorang manager quality-control berusia 30 tahun yang bekerja di perusahaan otomotif terbesar di dunia, Toyota.

Kenichi dikabarkan bekerja lembur selama 80 jam setiap bulan selama 6 bulan lamanya tanpa dikasih uang lembur atau bonus tambahan apapun. Dia akhirnya jatuh pingsan di tempat kerjanya dan dilarikan ke rumah sakit, yang kemudian membawanya ke akhirat.

McDonald's Jepang pun terkena masalah ini. Salah seorang manager restorannya jatuh sakit dan meninggal karena bekerja lembur tanpa bayaran apapun.

Mau gak mau, karena tekanan publik, Toyota dan McDonald's akhirnya memutuskan akan memberikan uang lembur bagi yang ingin bekerja lembur dan menyediakan fasilitas kesehatan yang lebih baik.

Para salaryman ini sebenarnya niatnya baik, yaitu ingin memajukan perusahaannya. Ditambah lagi dengan kebudayaan Jepang yang selalu menekankan disiplin tinggi, mereka berpikiran bahwa dengan bekerja lebih lama dan lebih keras daripada karyawan lain dan tanpa meminta bayaran apapun, boss mereka bisa memberikan posisi yang lebih baik. Tapi kenyataan, TIDAK!!..

Dan jadwal seorang salaryman bisa disimak sebagai berikut

06:30 = bangun dari tempat tidur
07:30 = berangkat ke kantor (jalan kaki / naik sepeda / subway)
08:50 = harus tiba di kantor
09:00 = meeting pagi dengan supervisor
09:10 = mulai kerja
12:00 = makan siang (bento / kantin / restoran terdekat)
13:00 = mulai kerja lagi
17:00 = lembur dimulai (biasanya tanpa uang lembur)
20:30 = pesta nomikai (kalau ada)
21:30 = pulang ke rumah (jalan kaki / naik sepeda / subway)
22:30 = sampe rumah, nonton TV, baca koran
23:00 = tidur

Ulangi terus dari Senin-Jumat. Sabtu biasanya pulang lebih awal (kalau ada lembur, kerja seperti biasa). Minggu libur (kalau ada lembur, kerja seperti biasa).
Peraturan di kantor:
#1. Kalau atasan bilang bumi berbentuk kotak, maka bumi bentuknya kotak.
#2. Kalau dia berubah pikiran, maka bumi juga bentuknya berubah.
#3. Lupakan apa kata pelanggan. Boss adalah raja.
#4. Karyawan baru? Boss adalah Tuhan.
#5. Membungkuk. Membungkuk. Membungkuk.

Kamis, 19 Agustus 2010

Cara Melamar Kerja Paling Jitu

Anda nyaris putus asa cari pekerjaan? Coba simak cara pria Inggris ini. Alex Kearns sudah ratusan kali mengirim surat lamaran kerja tetapi semuanya berakhir tanpa respons.
Namun ia tidak hilang akal, Kearns memutuskan untuk membuat CV yang gampang terlihat orang. Maka, ia pun membentang CV-nya dalam ukuran raksasa di Trafalgar Square, London.
Pria berusia 23 tahun tamatan Sastra Perancis dan Italia dari Universitas Swansea ini mendapat kesempatan satu jam untuk menggelar CV-nya di Trafalgar Square. Ia membentangkan CV dalam bentuk wallpaper setinggi 10 kaki. Tak lupa, ia menambahkan sebuah poster bertulis: “Selamatkan seorang lususan. Beri saya pekerjaan”.
Ternyata upaya itu manjur. Beberapa saat setelah kemunculan CV-nya Juli lalu, dia dikontak seorang manajer dari International Business Development Group. Setelah melalui wawancara per telepon, dia diundang mengikuti tes bersama 16 orang dan termasuk satu dari tiga orang yang diterima bekerja.



Sekarang Kearns mulai bekerja sebagai sales executive di London, menjual jasa konsultasi perusahaan itu di Inggris dan berbagai tempat di dunia. Kenekatannya itu juga membuat dia mendapat tawaran wawancara dengan perusahaan lain dan pengalaman kerja di sebuah perusahaan periklanan.
Kearns, yang tinggal bersama orang tuanya di barat daya London, mengatakan, “Saya melihat hal itu merupakan kesempatan emas untuk menjual diri saya. Saya telah melamar ratusan pekerjaan tetapi tidak seorang pun memberi saya pekerjaan. Dan itu ternyata berhasil, bos saya yang baru bilang dia sangat terkesan dan saya mendapat sejumlah kesempatan.”
Kearns, yang tamat awal tahun ini, sekarang bahagia mulai meniti hidup di dunia kerja. “Saya tahu saya sungguh beruntung. Banyak orang muda yang tamat dari unversitas dan merasa hampir putus asa, tidak ada pekerjaan di luar sana,” katanya sebagaimana dikutip Dailymail, Kamis (3/9).
Krisis ekonomi global yang juga menghajar Inggris telah menyebabkan kesempatan kerja si negeri itu berkurang. Tahun lalu, sedikitnya 200.000 dari 573.000 orang angkatan kerja berusia 18 hingga 24 tahun menganggur. Kesuksesan Alex datang di tengah jaminan Perdana Menteri Inggris, Gordon Brown, untuk menyediakan pekerjaan bagi setiap orang di kelompok usia 18 – 24 tahun yang banyak kehilangan perkerjaan selama 10 bulan terakhir.


Postingan Populer