Tampilkan postingan dengan label Cerita Kisah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Cerita Kisah. Tampilkan semua postingan

Kamis, 04 Agustus 2011

Kisah Sedih Gadis - Gadis Singkawang

Kalimantan memang pulau yang indah nan subur, pulau yang memberikan berkah berlimpah berkat sumber daya alamnya yang kaya. Pulau yang dimiliki oleh tiga Negara sekaligus ini merupakan salah satu pulau terbesar di dunia. Memiliki kekayaan alam, tidak sepenuhnya memberikan berkah bagi penduduk sekitarnya. Indonesia memiliki bagian terbesar daerah di Kalimantan tapi ironisnya, Indonesia memiliki penduduk termiskin yang sangat kontras dengan pemilik pulau lainnya seperti Malaysia dan Brunai Darusallam yang hidup dengan mewahnya.



Ketimpangan sosial ini menimbulkan banyak persoalan dalam kehidupan masyarakat Indonesia yang hidup di Kalimantan. Banyak dari mereka yang tidak memiliki pekerjaan walaupun sadar tanah yang mereka pijak telah memberikan triliunan Dollar kepada pemerintah dan sebagian pengusaha. Bila kita mendengar terjadinya eksodus TKI dari daerah sekitar Kalimantan menuju Malaysia atau Brunai, maka kita tidak bisa menyalahkan mereka.
Bagi mereka yang mendapatkan pekerjaan di negeri tetangga, itu adalah sebuah berkah, tapi bagi mereka yang tidak punya pilihan karena tidak dapat bekerja. Mereka hanya mengandalkan satu hal, diri mereka sendiri untuk dikorbankan. Itulah yang terjadi pada gadis-gadis Kalimantan yang banyak terjadi di sebuah daerah Kalimantan Barat, Singkawang. Gadis-gadis remaja yang beranjak dewasa atau disebut Amoy, rela melepas perawan mereka dengan diperistri oleh laki-laki luar yang kebanyakan berasal dari Malaysia, Taiwan, Hongkong dan Brunei.

Singkawang memang kota yang unik, hampir sebagian penduduknya secara garis besar adalah warga keturunan China yang telah hidup di Indonesia selama beberapa generasi dari nenek moyang mereka. Banyak dari mereka yang bekerja sebagai petani, nelayan dan pedagang. Sayangnya, tidak semua penduduknya hidup seperti layaknya keturunan China di beberapa Negara atau kota yang hidup mewah ataupun sederhana. Banyak dari penduduknya hidup dibawah garis kemiskinan yang sangat menyedihkan.

Kata Amoy adalah singkatan bagi gadis-gadis remaja keturunan China yang belum menikah. Boleh dikatakan Singkawang memang indentik dengan julukan lain kota Amoy selain kota seribu kelenteng. Parahnya, singkatan itu tidak semuanya berujung baik, Amoy Singkawang indentik sebagai gudangnya pria-pria yang ingin mencari istri secara instans. Fenomena Amoy yang tersohor itulah yang melahirkan pernikahan lintas Negara.

Pernikahan lintas Negara sepertinya sudah menjadi impian bagi gadis-gadis singkawang untuk mengubah garis hidup mereka yang miskin dengan harapan ketika menikah nanti, sang suami bisa mengubah semuanya. Lucunya lagi, keinginan gadis-gadis Amoy itu menjadi ladang bisnis yang subur bagi segelintir orang untuk mendirikan kantor agen biro jodoh. Jadi selain kantor agen biro tenaga kerja, agen biro jodoh ala makcomblang modern, kini sangat banyak tumbuh subur di Singkawang ( CIC: Selang 15 tahun belakangan ini saja sudah terjadi 55.800 lebih perkawinan lintas negara ini. Dan kebanyakan adalah dengan pria-pria dari negara Taiwan )

Keinginan besar untuk segera lepas dari garis kemiskinan membuat banyak gadis-gadis singkawang mendaftarkan diri ke Biro jodoh untuk dicarikan suami tanpa pernah merasakan cinta. Melihat fenomena itu, tidak heran begitu banyak para orang tua yang berharap melahirkan anak perempuan daripada laki-laki. Padahal tidak semua gadis Amoy ya1ng menikah dengan pria asing menjadi kaya seketika. Karena latar belakang pria yang akan menikahi gadis Amoy tidak akan pernah jelas sebelum gadis Amoy itu tiba di Negara Suami.

Gadis Amoy memang menjadi idaman bagi pria-pria asing untuk dinikahi, selain terkenal dengan tekun dan pekerja keras. Gadis amoy juga terkenal dengan rasa hormat serta pengorbanan yang tinggi kepada orang tua mereka. Itu terbukti dengan kerelaan mereka menikah dengan pria asing hanya untuk membantu perekonomian orang tuanya. Padahal, uang yang didapatkan dari hasil pernikahan itu tidak seberapa besarnya.

Seorang agen biro jodoh menjelaskan kalau seorang gadis Amoy yang menikah, biasanya akan mendapatkan mahar nikah dari suami yang berkisar antara 5-20 juta. Dengan uang sebanyak itu, maka sang anak gadis sudah resmi terjual kepada pria yang meminangnya. Celakanya dalam tradisi kebudayaan China, anak gadis ketika menikah dianggap telah lepas dari garis keturunan keluarga, itu terlihat dari hilangnya marga sang gadis mengikuti suami.

Gadis Amoy yang menikah tanpa cinta itu, setelah menikah tidak akan pernah melupakan keadaan orang tua. Biasanya setiap bulan mereka akan mengirimkan uang kepada orang tua, itulah yang membuat banyak orang tua yang berpikir pendek untuk tanpa ragu menikahkan anak gadisnya ketika menginjak usia 14 tahun. Padahal tidak semua pernikahan itu berujung bahagia, bisa jadi malah menjadi petaka.

Seperti yang dikisahkan oleh Asing. Gadis Amoy yang terpaksa menikah dengan pria Taiwan karena ingin membantu orang tuanya yang miskin. Asing menikah disaat usianya 14 tahun. Orang tuanya hanya petani serabutan, ia mendaftarkan dirinya ke agen biro jodoh setempat. Hanya seminggu setelah mendaftar, ia sudah dilamar oleh pria Taiwan berusia 30 tahun atau dua kali lipat umurnya. Dengan mahar sebesar 10 juta, ia pun menikah dan merantau ke negeri suaminya.

Awalnya ia berpikir kalau suaminya adalah orang kaya yang akan mengubah hidupnya, ternyata ia salah. Suaminya berbohong tentang semua kekayaan yang pernah dikatakan. Ketika tiba di Taiwan, ternyata sang suami hanyalah pedagang ikan yang berjualan di pasar. Kalau sudah begitu, Asing tidak punya pilihan selain ikut kepada suaminya, ia tidak bisa lari karena kendala bahasa dan lingkungan yang asing baginya.

Pernikahan itu seolah hanya untuk membuat suaminya memiliki pembantu, terbukti dengan betapa beratnya hidup Asing mengikuti suami. Ia harus membantu berdagang dan mencari ikan di laut. Hatinya miris dan ingin lari dari keadaan tapi tak berdaya, pasportnya ditahan sang suami. Demi membahagiakan orang tua, ia pun terpaksa menutupin semua kesedihan hatinya. Setiap bulan hasil keringat kerjanya dikirim kepada orang tua. Itupun hanya kalau sang suami berbaik hati memberikan uang.

Lain Asing lain pula dengan Alang. Ia menikah dengan pria Hongkong dengan keadaan cacat lumpuh. Ia rela menikah dengan pria itu untuk membantu ibunya yang sudah janda dan adik-adiknya yang masih kecil agar tetap bisa bersekolah. Ia seperti menjadi seorang suster bagi suami yang tidak mampu berjalan, setiap paginya ia harus merawat suami hingga malam. Tapi, sekali lagi.. Demi harapan besar agar hidup keluarganya berubah, ia menutup mata hatinya dan pasrah terhadap takdirnya.

Asing atau Aling hanya sebagian kecil dari ribuan gadis-gadis amoy yang berjuang hidup untuk orang tuanya. Banyak lagi yang tidak beruntung hingga mengalami siksaan fisik , cacat dan lebih buruk lagi dijadikan pelacur oleh suaminya sendiri. Mendengar hal-hal seperti itu, agen biro jodoh malah tidak pernah sepi dari gadis-gadis lugu yang tak berdaya karena kemiskinan untuk mengantri menunggu giliran takdir mereka selanjutnya..

Sungguh pilu melihat keadaan anak-anak Indonesia yang harus hidup tanpa nurani yang mampu berkata ataupun menjerit. Pernikahan ala export itu telah menjadi bagian daripada sindikat penjualan manusia secara legal. Tapi semua pihak tidak pernah bisa berdaya melihat kejadian fenomena ini. Mereka hanya bisa berharap kepada Tuhan agar fenomena ini berakhir, untuk berharap kepada pemerintah rasanya seperti bicara dengan burung didalam sangkar...

Kamis, 02 Desember 2010

Cinta Itu Tanpa Syarat


Cinta itu sebenarnya tidak seharusnya bersyarat, prinsip yang sederhana ini malah berangsur-angsur dilupakan masyarakat. Baik dengan orang lain bukan untuk menuntut balasan. (CLIPART)

Cinta itu sebenarnya tidak seharusnya bersyarat, prinsip yang sederhana ini malah berangsur-angsur dilupakan masyarakat. Baik dengan orang lain bukan untuk menuntut balasan. (CLIPART)

Dalam percintaan zaman kuno, apakah benar tanpa pamrih?

Film sejarah Catherine the Great, mengisahkan seorang kaisar perempuan Catherine II (1729-1796) dalam sejarah kekaisaran Rusia. Sebelum melihat film ini, dalam benak saya hanya samar-samar teringat bahwa kaisar perempuan tersebut pernah menciptakan keputusan politik yang luar biasa, mendirikan sebuah kerajaan besar yang tiada taranya dan tak akan terulang lagi dalam sejarah. Sedangkan dalam film ini, hanya mengutamakan kisah percintaannya.

Jenderal Grigory Potyomkin merupakan satu-satunya pria yang sangat mencintainya, tanpa memedulikan keselamatan dirinya, sang jenderal memperjuangkan kekuasaan Kaisar Catherine. Jika tidak ada sang jenderal ini mungkin Kaisar Catherine tidak akan mampu mewujudkan semua itu.

Akhirnya sang jenderal merasa tidak suka akan tindakan Catherine yang kurang bijak dan tidak bermurah hati. Sejak itu dalam sisa hidupnya, sang jenderal tak pernah lagi memberikan maaf kepada Catherine, tetapi dia juga tidak mengkhianati Catherine, bahkan masih berusaha melindunginya. Walaupun dia melepaskan percintaan karena moral dan keadilan tetapi bukan mengkhianati percintaan tersebut.

Dengan kedudukannya pada saat itu, sang jenderal yang memegang kendali kekuasaan militer, jika posisinya digantikan orang lain, kemungkinan besar akan terjadi kudeta mengambil alih kekuasaan! Namun bagi Jenderal Grigory Potyomkin, cinta itu tanpa syarat, mutlak bukan sebuah cara untuk mendapatkan kekuasaan atau kekayaan.

Teman baik saya, Angelina, baru saja curhat tentang keadaannya baru-baru ini. Setahun lalu ada orang yang memperkenalkan beberapa pria kepadanya, tetapi semuanya berakhir dengan tidak menyenangkan. Dia mengungkapkan perasaannya, apakah seluruh pria di dunia ini sama saja, kebaikan mereka semuanya bersyarat. Begitu menemukan tanda percintaan mereka tak bisa berlanjut hingga pelaminan, segera si pria itu menghentikan segala perhatian dan cintanya.

Angelina berkata, “Jika pria itu tahu jalinan kasih mereka bakal berakhir, namun pria itu masih tetap baik terhadap dirinya, maka saya mau menikah dengannya.”

Memang benar, tuntutan yang sangat sederhana, percintaan itu sebenarnya tidak seharusnya bersyarat. Prinsip yang sangat sederhana ini malahan berangsur-angsur dilupakan masyarakat. Berbaikan dengan orang lain bukan untuk menuntut balasan. Jika semua orang zaman dulu juga senang menghormati golongan atas dan menghina golongan rendah, mungkin tidak akan meninggalkan legenda dan kisah-kisah indah yang terdengar selama ribuan tahun itu.

Mengapa sekarang ini ada begitu banyak orang yang merasa tidak bahagia? Berbalik kembali ke watak hakiki orang dulu yang sederhana dan polos, hubungan antar manusia sangat sederhana, percintaan dan pernikahan yang murni bersih. (Qing Song/The Epoch Times/lin)


Jumat, 22 Oktober 2010

Marilyn Monroe

[Image:   20101002_122819_AP-201007-002148-D.jpg]

Lima dekade setelah kematiannya, Marilyn Monroe mengaku dirinya adalah perempuan berbahaya, rapuh dan penuh pengertian yang takut berubah gila.

Tulisan pribadinya yang akan dipublikasikan untuk pertama kalinya minggu depan, juga menunjukkan bahwa mendiang bintang itu ternyata kutu buku yang kerap mengutip penyair Inggris John Milton dan Sigmund Freud manakala didera putus asa oleh kesendiriannya.

Pengakuan sang aktris muncul dalam Fragments yang memuat kumpulan catatan, surat-surat pribadinya dan puisi yang ditinggalkannya untuk Lee Strasberg, guru spiritualnya, menjelang kematiannya di Los Angeles pada 1962 di usia 36 tahun.

Le Nouvel Observateur, mingguan Prancis, memublikasikan esktrak surat-surat yang disunting Bernard Comment, penulis Swiss dan Stanley Buchthal, yang menjadi pemilik resmi memoar Monroe tersebut. Edisi Bahasa Inggris memoar itu dipublikasikan pada 14 Oktober oleh HarperCollins.

Monroe terkenal karena memiliki masalah mental dan menyukai karya-karya sastra. Pengakuannya mengenai kehidupan terpribadinya --dari masa remaja sampai menjelang ajalnya tiba-- menjawab pertanyaan mengenai bagaimana sebenarnya kehidupan perempuan yang digambarkan sebagai wanita pirang bodoh dalam film-filmnya itu.

'Mengapa aku merasakan siksaan ini?' tulisnya dalam satu buku harian pada 1955.

'Atau mengapa aku merasa kurang manusia dibandingkan dengan yang lain (senantiasa merasa berada pada satu keadaan yang membuatku menjadi setengah manusia, di sisi lain, mengapa aku menjadi yang terburuk, mengapa?) Bahkan secara fisik, aku selalu yakin bahwa ada yang tidak beres dengan diriku.'

Pada 1958, di bawah piskoanalisis dan setelah kegagalan pernikahannya dengan sastrawan Arthur Miller, dia menulis: 'Tolong, tolong, tolonglah. Aku merasa kehidupan mendekatiku manakala semua yang aku inginkan sirna.'

Miller adalah satu-satunya orang dalam kehidupan Monroe yang dipercayai sang aktris seperti dia mempercayai dirinya sendiri, demikian pengakuan Monroe dalam catatan hariannya.

Di bagian lain, dalam fragmen tak berwaktu, dia menggambarkan keputusasaannya menghadapi satu adegan film.

'Aku lelah. Aku mencari cara untuk bisa memainkan peranku. Seluruh hidupku selalu membuatku tertekan. Bagaimana bisa aku memerankan seorang perempuan ceria, muda nan penuh harapan?'

Sebagai seorang bintang yang tengah naik daun pada awal 1950-an, dia menuliskan bait-bait puisi melukiskan kesunyian dirinya.

'Aku sendirian. Aku selalu sendiri, apapun yang terjadi...'

Di puisi lain, dia bersajak: 'Bagaimana jadinya aku sampai seperti mati dan benar-benar tiada.'

Pada 1961, Monroe menulisi Ralph Greenson, psikoanalisnya, bahwa dia membaca korespondensi Freud dan mendapati dirinya tertekan. Dia juga bercerita, bagaimana dia membanting kursi ke jendela di sebuah klinik, dan mengancam memotong urat nadi tangannya.

Tahun berikutnya, Monroe ditemukan mati di rumahnya karena overdosis menelan obat tidur. Seorang petugas koroner memastikan kematiannya karena bunuh diri.


Senin, 23 Agustus 2010

Ki Ageng Tarub

Kurang lebih pada tahun 1300 M, ada utusan (mubaleg) dari Arab yaitu Syeh Jumadil Kubro. Beliau mempunyai putri bernama Ny. Thobiroh dan Ny. Thobiroh mempunyai putra Syeh Maulana. Disaat itu Syeh Maulana mendapat perintah mengembangkan syariat Islam di pulau jawa sangat berat. Hal tersebut dikarenakan orang-orang Jawa banyak yang masih memeluk agama Hindu Budha, dan orang-orang jawa pada saat itu ahli bertapa, hingga orang Jawa banyak yang tebal kulitnya. Maka dari itu Syeh Maulana mulai memasukkan syareat Islam di tengah - tengah masyarakat Jawa, yaitu mendekatkan diri kepada Allah dengan cara bertapa keatas pohon giyanti yang sangat besar, dimana diatas pohon tersebut terdapat tumbuhan simbar.

Bertepatan itu di Surabaya terdapat Kerajaan Temas, rajanya bernama Singawarman dan mempunyai putri yang bernama Nona Telangkas. Dikala itu Nona Telangkas sudah dewasa, namun belum ada remaja yang berani meminangnya. Setelah itu Nona Telangkas diperintah oleh ayahnya supaya menjalankan bertapa ngidang yaitu masuk hutan selama 7 tahun, tidak boleh pulang atau mendekat pada manusia dan tidak boleh makan kecuali daun yang ada di hutan tersebut. Sehingga Nona Telangkas mempunyai nama Kidang Telangkas. Pada saat akan selesai bertapa, di tengah hutan tersebut Nona Telangkas melihat ada Telaga yang sangat jernih airnya. Kemudian dia mau mandi di telaga tersebut setelah melepas semua pakaian dia melihat di dalam air terdapat bayangan pria yang sangat tampan. Namun dikala itu Nona Telangkas telah terlanjur melepaskan semua pakaiannya. Akhirnya terpaksa menjeburkan diri di telaga tersebut, sambil mengucapkan dalam ucapan bahasa jawa “mboh gus wong bagus “. Setelah selesai mandi maka Nona Telangkas kembali pulang ke Kerajaan Temas (Surabaya) untuk menghadap orang tuanya. Namun Nona Telangkas disaat itu ternyata sudah dalam keadaan hamil maka setelah menghadap ayahnya beliau ditanya “Siapakah suamimu, sehingga engkau pulang dalam keadaan hamil ? “ Ditanya ayahnya berulang-ulang, dia tidak bisa menjawab. Namun di dalam hatinya Nona Telangkas teringat dalam pertapanya dikala akan selesai, dimana dia mandi di dalam telaga yang sangat jernih airnya, dan ternyata di dalam air tersebut terdapat bayangan pria yang sangat tampan. Maka disaat ditanya oleh sang ayah dia tidak bisa menjawab, namun didalam hatinya menjawab seperti diatas. Maka akhirnya dia kembali masuk hutan untuk mas mencari tersebut. Disaat sampai di tengah hutan Nona Telangkas melahirkan bayi, sampai sekarang tempat tersebut diberi sebutan desa Mbubar .

Setelah jabang bayi lahir lalu diajak mencari telaga, yang akhirnya menjumpai telaga yang terdapat bayangan pria yang tampan tersebut. Kemudian si jabang bayi diletakkan ditepi sendang telaga dan ditinggal pulang ke kerajaan Themas. Siapakah sebenarnya orang yang kelihatan bayangannya didalam sendang telaga, ternyata beliau adalah Kanjeng Syeh Maulana Maghribi yang sedang bertapa diatas pohon Giyanti.

Dikala si jabang bayi Nona telangkas diletakkan dipinggir sendang telaga, Syeh Maulana berkata “ Nona Telangkas keparingan amanateng Allah kang bakal njunjung drajatmu kok ora kerso “ (dalam Bhs jawa). Yang akhirnya Syeh Maulana turun dari pertapanya dan menimang jabang bayi, kemudian dibuatkan tempat yang sangat indah yaitu Bokor Kencono .

Dikala itu Dewi Kasian ditinggal wafat suaminya yang bernama Aryo Penanggungan, belum mempunyai putra, karena sayangnya Dewi Kasian terhadap suaminya, walau sudah wafat setiap saat dia selalu menengok makam suaminya. Maka dikala itu Syeh Maulana Maghribi membawa putranya yang telah dimasukkan bokor kencono dan diletakkan disamping makam Aryo Penanggungan. Di malam itu juga kebetulan Dewi Kasian keluar dari rumah menengok kearah makam suaminya, kelihatan sinar yang menjurat keatas dari arah makam suaminya, apakah sebetulnya sinar yang menjurat dari arah makam suaminya tersebut ? Ternyata setelah didekati adalah sebuah bokor kencono yang sangat indah, dan dibuka bokor tersebut ternyata didalamnya terdapat jabang bayi yang sangat mungil dan lucu sekali. Disaat itu Dewi kasian sangat terperanjat hatinya melihat si jabang bayi tersebut, dengan tidak disadari akhirnya bokor berisi jabang bayi dibawa pulang dengan lari dan mengucapkan : “kangmas Penanggungan wis sedo, kok kerso maringi momongan marang aku “. (dalam Bhs Jawa).

Kabar mengenai orang yang telah meninggal tetapi bisa memberikan kepada istri jandanya, telah tersiar sampai ke pelosok negeri. Masyarakat berbondong - bondong ingin menyaksikan kebenaran berita tersebut, Akhirnya Dewi Kasian yang asalnya tidak punya harta benda apa - apa menjadi janda yang kaya raya, dari uluran orang - orang yang datang tersebut. Kemudian jabang bayi diberi nama Joko Tarub karena dikala masih bayi diambil Dewi Kasian dari atas makam Aryo Penanggungan yang makamnya dibuat makam Taruban. Pada usia kanak-kanak Joko tarub atau Sunan Tarub mempunyai kesenangan atau hobi menangkap kupu-kupu di ladang. Setelah masuk di tengah hutan bertemu orang yang sangat tua, dia diberi aji - aji tulup yang namanya tulup Tunjung Lanang. Tulup inilah yang akhirnya menjadi aji-aji sangat luar biasa untuk Kiai Ageng Tarub/ Sunan Tarub. Diwaktu mendapat tulup tersebut dia pulang dengan cepat menyampaikan berita kepada ibunya (Dewi Kasian) dan mengatakan bahwa dia di tengah hutan dijumpai seorang yang sangat tua memberi aji - aji tulup kepadanya. Namun karena sayangnya, Dewi Kasian tidak memperbolehkan putranya masuk hutan, karena khawatir kalau dimakan hewan buas atau dibunuh orang yang tidak senang kepadanya. Namun karena Joko tarub tidak takut lebih-lebih mempunyai aji - aji tulup tersebut, maka Joko Tarub tetap senang masuk hutan untuk mencari burung.

Sampai diatas gunung Joko Tarub mendengar suara burung yang sangat indah bunyinya yaitu burung perkutut. Kemudian didekati dan dilepaskan anak tulup kearah burung tersebut namun gagal. Akhirnya Joko Tarub berfikir dan menganggap bahwa burung ini tidak burung biasa. Kemudian terdengar lagi suara burung dari arah selatan, didekati dan dilepaskan lagi anak tulup kearah burung namun tidak mengenai burung itu dan ternyata anak tulup itu mengenai dahan jati. Tempat yang ditinggalkan burung tadi sekarang dinamai Dukuh Karang Getas. Karena sedihnya Joko tarub maka tempat yang ditinggalkan, sekarang dinamai Dukuh Sedah. Kemudian terdengar lagi suara burung dari arah selatan, didekati dari posisi yang strategis (burung dalam keadaan terpojok), maka anak tulup dilepaskan dan ternyata tidak kena dan burung terbang lagi ke selatan. Tempat tersebut sekarang menjadi Dukuh Pojok. Burung terbang ke selatan dan hinggap diatas pohon asam oleh Joko Tarub dilepaskan lagi anak tulup kearah burung tetapi terbang lagi ke selatan, tempat yang ditinggalkan tadi menjadi Dukuh Karangasem.

Diwaktu mengejar burung keselatan Joko Tarub merenungi burung tersebut, dalam ucapannya mengatakan ini burung atau godaan. Tempat merenungi Joko Tarub sekarang dinamai Desa Godan Joko Tarub mengejar terus burung kearah selatan, tempat melihatnya Joko Tarub sekarang dinamakan Dukuh Jentir. Joko Tarub terus melacak burung kearah tenggara kemudian berjumpa lagi dengan burung yang hinggap di pohon tetapi burung tersebut tidak bersuara. Setelah burung itu terbang lagi ke selatan dan tempat yang ditinggalkan tadi dinamakan Dukuh Pangkringan. Kemudian Joko Tarub melacak kearah selatan, setelah sampai ditempat yang sangat rindang disitulah burung terbunyi lagi. Namun Joko Tarub mendengar suara wanita yang baru berlumban (mandi) di dalam sendang. Disaat itu Joko Tarub lupa burung yang dikejar dia beralih mengintai suara wanita yang mandi di dalam sendang Ternyata para bidadari yang sedang dilihat, akhirnya Joko Tarub mengambil salah satu pakaiannya bidadari yang dengan tutup kemudian dibawa pulang dan disimpan dibawah tumpukan padi (lumbung) ketan hitam.

Joko Tarub kembali lagi ke Sendang dengan membawa sebagian pakaian ibunya. Setelah sampai didekat sendang ternyata para bidadari sudah terbang kembali ke surga. Tinggal satu yang masih mendekam ditepi sendang dengan merintih dan berkata : “sopo yo sing biso nulung aku, yen wadon dadi sedulur sinoro wedi, yen kakung sanggup dadi bojoku“. Disaat itu Joko Tarub mendekati dibawah pohon sambil mendengarkan ucapan bidadari tersebut dan menolong bidadari dengan melontarkan pakaian ibunya. Setelah bidadari berpakaian diajak pulang kerumah ibunya dan disampaikan kepada ibunya bahwa putri ini adalah putri dari sendang yang baru terlantar dan minta tolong kepada siapun : Jika yang menolong pria akan dijadikan suaminya. Akhirnya Joko tarub menikah dengan bidadari tersebut yang bernama Nawang Wulan. Adapun sendang yang dibuat lomban para bidadari, sekarang dinamakan sendang Coyo. Kemudian Joko Tarub dengan Nawang Wulan mempunyai tiga putri yaitu : Nawang sasi, Nawang Arum, Nawang Sih. Pada waktu bayinya, Nawang Sih mengalami satu riwayat yang sangat hebat yaitu dikala Nawang Sih masih di ayunan, ibunya mau mencuci pakaian di sungai dan berpesan pada Joko Tarub agar mengayun putrinya dan jangan membuka kekep (penutup masakan). Namun setelah Nawang Wulan pergi ke sungai, Joko Tarub penasaran akan pesan istrinya, maka dibukalah kekep tersebut, setelah melihat didalam kukusan, ternyata yang dimasak istrinya hanya satu untai padi. Joko Tarub mengucapkan (Masya Allah, Alhamdulilah istriku yen masak pari sak uli ngeneki tho, lha iyo parine ora kalong - kalong. Tak lama kemudian istrinya datang lalu membuka masakan tersebut, ternyata masih utuh padi untaian. Kemudian istrinya menegur suaminya bahwa pasti kekep tadi dibuka, sehingga terjadi pertengkaran. Akhirnya Nawang Wulan menyadari sehingga harus dibuatkan peralatan dapur (lesung, alu, tampah) Setelah kejadian itu Nyi Nawang Wulan kalau mau masak harus menumbuk padi dulu, sehingga lambat laun padi yang ada di lumbung makin habis. Setelah sampai padi yang bawah sendiri yaitu padi ketan hitam, ternyata pakaiannya diletakkan disitu dan diambil kemudian menghadap suaminya. Akhirnya terjadi pertengkaran yang hebat, ternyata yang mengambil pakaiannya waktu disendang dulu adalah Joko Tarub sendiri. Kemudian Nyi Nawang Wulang ingin pulang kembali ke surga dan berpesan kepada suaminya : Bila putrinya menangis minta mimik agar diletakkan didepan rumah diatas anjang - anjang. Tetapi setelah Nawang Wulan sampai di Surga di tolak oleh teman-temannya karena sudah berbau manusia. Kemudian Nyi Nawang Wulan turun lagi ke bumi namun tidak ada maksud kembali kerumah suaminya. Dia ingin bunuh diri naik di gunung Merbabu meloncat ke laut selatan.

Setelah sampai di laut selatan Nyi Nawang Wulan perperang dengan Nyi loro Kidul, dan akhirnya Nyi Nawang Wulan mendapat kejayaan, sehingga laut selatan dikuasai oleh Nyi Nawang Wulan. Jadi yang ada dilaut selatan ada tiga putri yaitu : Nyi Nawang Wulan, Nyi Loro Kidul, Nyi Blorong. Setelah Joko Tarub ditinggal Nyi Nawang Wulan dia hidup dengan putrinya Nawang Sih. Disaat itu di Kerajaan Majaphit yang diperintah Prabu Browijoyo kelima ditinggal wafat istrinya, sehingga Prabu Browijoyo sakit dan tidak mau menduduki kursi kerajaan, dan setiap malam kalau tidur ditepi Kerajaan. Suatu malam dia bermimpi bila sakitnya ingin sembuh maka harus mengawini putri Wiring Kuning, kemudian raja terbangun dari tidurnya. Akhirnya para patih diperintah untuk mengumpulkan semua putri - putri. Setelah diteliti dan disesuaikan dengan mimpinya tersebut akhirnya menjumpai putri Wiring Kuning yang ternyata adalah pembantunya sendiri. Akhirnya dikawinilah putri tersebut dan dilarang untuk keluar dari taman kaputren karena malu jika ketahuan orang bahwa raja mengawini pembantunya sendiri. Setelah jabang bayi lahir raja Brawijaya memanggil saudaranya (Juru Mertani) supaya memelihara dan mengasuh bayi tersebut. Kemudian bayi tersebut diberi nama Bondan Kejawan (Lembu Peteng). Dimasa kanak-kanak Bondan Kejawan, ayah asuhnya atau Juru Mertani akan membayar pajak kekerajaan disaat itu Bondan Kejawan mendengar bahwa ayahnya akan kekerajaan dan dia ingin ikut tetapi tidak diperbolehkan. Namun dia lari dulu dan sampai di Kerajaan dia langsung masuk dan naik keatas kursi raja. Kemudian membunyikan Bende Kerajaan. Sang raja mendengar bunyi bende kerajaan dan marahlah, anak tersebut ditangkap dan dimasukkan kedalam sel kerajaan.

Tidak lama kemudian datanglah Juru Mertani dengan membawa padi untuk membayar pajak. Selesai membayar pajak dia menghadap sang raja dan menanyakan anak kecil yang membunyikan bende kerajaan. Diberitahukan kepada sang raja bahwa anak kecil itu putra sang raja sendiri. Kemudian raja memanggil anak kecil itu dan membawa kaca untuk melihat wajahnya sendiri dengan wajah anak tersebut. Ternyata Beliau yakin dan percaya bahwa anak tersebut putranya sendiri. Kemudian Juru Mertani disuruh sang raja untuk mengantarkan putranya ke Saudaranya yaitu Ki Ageng Tarub dan putranya agar diasuh dan dipeliharanya.

Disaat itu Ki Ageng Tarub mengasuh dua anak kecil yaitu Bondan Kejawan dan anaknya sendiri. Setelah masuk remaja Bondan Kejawan diperintah ayah asuhnya agar bertapa ngumboro yaitu disuruh ke sawah selama tujuh tahun dan tidak boleh pulang kalau belum diambil. Setelah sampai waktunya Nawang Sih diperintah ayahnya supaya memasak yang enak, setelah memasak agar mengambil saudaranya Bondan Kejawan yang berada ditengah sawah. Setelah sampai dekat gubug yang ditempati Bondan Kejawan, Disaat itu Bondan Kejawan sedang istirahat diatas gubug. Nawang Sih memanggil Bondan Kejawan dari bawah gubug. Bondan Kejawan terperanjat atas panggilan Nawang Sih karena tidak tahu akan kedatangannya, sehingga Bondan Kejawan jatuh dari atas gubug dan memegang bahunya Nawang Sih. Sampai dirumah Nawang Sih memberitahukan orang tuanya bahwa tadi bahunya dipegang oleh Bondan Kejawan. Tetapi sang ayah malah memberi tahu Nawang Sih akan dijodohkan dengan Bondan Kejawan, dan akhirnya mereka menikah. Kemudian lahirlah anak yang diberi nama Ki Ageng Getas Pandowo (Ki Abdulloh).

Bondan Kejawan meneruskan Bopo Morosepuh dan diberi nama Ki Ageng Tarub II, sedang Ki Ageng Getas Pandowo diberi nama Ki Ageng Tarub III. Tempat pertapaan Bondan Kejawan (Lembu Peteng) sekarang terdapat disebelah tenggara makam Ki Ageng Tarub I, dukuhan sebelahnya dinamakan Desa Barahan. Selanjutnya Ki Ageng Tarub III (Getas Pandowo) mempunyai putri banyak dan yang terkenal adalah Ki Ageng Abdurrohman Susila (Ki Ageng Selo). Adapun adanya Ki Ageng Tarub adalah merupakan suatu karomah dari Allah yang diberikan kepada Syeh Maulana Maghribi dengan Dewi Telangkas (Nona Telangkas) yang melahirkan Ki Ageng Tarub. Adapun karomah yang diberikan Allah kepada Ki Ageng Tarub I yaitu kawin dengan Bidadari yaitu Nawang Wulan. Adapun cucu Ki Ageng Tarub I adalah Ki Ageng Selo yang mendapat karomah dari Allah yaitu dapat menangkap petir. Dari Beliaulah terlahir raja-raja ditanah jawa. Makam Ki Ageng Tarub terletak di desa Tarub Kecamatan Tawangharjo ± 10 km dari Kabupaten Grobogan .

Demikianlah sedikit cerita tentang Mrapen Empu Supo dan keris bentuk Sengkelat, sesudah itu Empu Supo juga membuat keris bentuk crubuk, bentuk Mangkurat .


Postingan Populer