BUKAN ke China tapi Ho Chi Minh, Vietnam. Pemberitahuan HRD akhirnya mematahkan gosip yang beredar sejak Desember. "Wah, lihat apa ya di sana?" kata mereka yang pada tahun-tahun sebelumnya sudah ke Hongkong, Thailand atau Malaysia. "Ngumpulin ranjau sisa perang sama selongsong peluru Rambo," jawab yang lain bercanda. Tour tahunan perusahaan yang saya ikuti pertama kali ini dibagi dalam 3 group, staf dari berbagai departemen di perusahaan kami. Staf laki-laki boleh membawa istri, tapi anak tidak.
Saya masuk group kedua yang berangkat tanggal 7 April. Maka Kamis pagi pukul 4 itu saya kalang-kabut memberesi rambut yang masih basah karena bus jemputan yang saya kira datang setengah jam lagi sudah berdiri di depan rumah. Kami berangkat ke Bandara Polonia. Berhenti untuk sholat subuh di Perbaungan 1,5 jam setelahnya. Rute hari ini adalah Medan-Kuala Lumpur, Kuala Lumpur-Ho Chi Minh dengan pesawat Malaysia Airlines.
Setelah sempat ngopi dan sarapan kami boarding juga pukul 9.00. Saya menikmati penerbangan ke Malaysia ini, menikmati pemandangan indah pramugara-pramugara tampan yang wara-wiri ha-ha-ha… Sampai di Sepang Kuala Lumpur International Airport, transit lumayan lama, kami bisa Dzuhur dulu di sana.
Lumayan ramai siang itu, banyak rombongan umroh dari Medan-Indonesia. Bersama bu Ria dan bu Munthe saya berkeliling area bandara sebentar. Tidak beli apa-apa meski ada coklat aneka rupa. Ibu-ibu itu sempat ngeceng di gerai tas-tas mahal. Oh ya, saya agak ill fill tadi, waktu di pesawat sempat mendengar sepotong instrumentalia lagu Minang diputar di kabin, medley dengan lagu-lagu melayu, ah sudahlah…
Kami keluar Bandara Tan Son Nhat sekitar pukul setengah lima sore, 1 jam 55 menit dari KL. Wow, ramai sekaliii…. bule di mana-mana. Dollar yang kami bawa berganti Vietnam Dong di money changer di samping pintu kedatangan, 1 USD = 20.900 VND. Sambil menunggu bus yang akan mengantar ke hotel Blue Diamond tempat menginap 3 hari itu suasana dihebohkan dengan kegiatan foto-foto. Semua yang berbau Vietnam jadi korban termasuk gadis pencatat antrean taksi yang berbaju tradisional, mendadak jadi model.
Hotel Blue Diamond lumayan bagus. Meski terjepit diantara gedung lain tapi cukup komplit dan nyaman untuk ukuran hotel berbintang 3. Semakin menarik lagi karena ada di pusat keramaian, dekat pasar, dikelilingi toko-toko. Dan tentu kami langsung mencari objek yang tepat untuk shopping! Ha-ha-ha...
Setelah istirahat sebentar, sholat ashar (waktu Vietnam sama dengan Indonesia) kami ke halal restoran untuk makan malam. Masakan melayu, enak tapi sayangnya porsinya sedikit untuk ukuran orang Indonesia, tidak ada “tambuah ciek”, uniknya lagi makanannya datang satu-satu. Habiskan nasi dan ikan lalu baru sayur datang ha-ha-ha….yah, beda bangsa beda cara lah…
Menunggu bos-bos yang masih bercengkrama kami bergerombol di depan restoran. Tak lama pedagang souvenir berdatangan. Ada kotak perhiasan, kipas, topi, t-shirt, ayunan gantung. Melihat kami yang bersemangat makin banyak saja pedagang yang datang. Tapi begitulah makin malam harga makin turun, kotak perhiasan yang tadinya ditawarkan Rp 100.000 per buah menjadi Rp 100.000 per 4 buah. Ternyata para pedagang ini juga menerima rupiah. Bu Munthe ngedumel juga karena terlanjur beli satu Rp 50.000, ha-ha-ha…
Pagi esok kami diajak ke terowongan pertahanan Vietkong pada masa perang melawan Amerika, Cu Chi Tunnel. Terowongan bersejarah ini berada dipinggir kota. Area yang berupa hutan dan telah disulap agar lebih menarik dikunjungi ini menampilkan satu sisi perang Vietnam, please check http://id.wikipedia.org/wiki/Perang_Vietnam. Terlihat meriam, rudal yang pasti milik Amerika dulunya. Guide menjelaskan berbagai modifikasi senjata dan jebakan yang dibuat bangsanya pada masa itu.
Saya lampirkan beberapa foto di sana, banyak rombongan bule, berkeluarga kayaknya, nenek-kakek cucu….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar