Kamis, 02 Desember 2010

Ancaman Kesehatan di Balik Susu Formula



Kementrian Kesehatan melarang ketat penayangan iklan susu formula di seluruh media. Larangan keras yang kembali didengungkan ini dilakukan agar para ibu menyusui tetap memanfaatkan ASI sebagai makanan bayi di bawah usia 1 tahun.

Tak hanya itu, adanya iklan susu formula juga dikhawatirkan menimbulkan kesalahpahaman persepsi bahwa susu formula benar-benar memiliki nutrisi yang sama persis dengan ASI.

"ASI ekslusif dan juga pemahaman ibu menyusui di negara berkembang masih sangat rendah, sehingga jika iklan susu formula bebas ditayangkan justru dikhawatirkan bisa menimbulkan persepsi salah," kata Ahli Pangan dari Institut Pertanian Bogor (IPB), Dr. Ir. Nuri Andarwulan, M.Si saat dihubungi VIVAnews, Selasa 26 Oktober 2010.

Meskipun susu formula yang kini beredar di pasaran benar-benar diformulasikan dengan bahan-bahan yang mirip dengan ASI, namun, tak sepenuhnya semua nutrisi di dalam susu formula sama dengan ASI.

Meski susu formula juga mengandung sejumlah nutrisi, namun menurut penelitian tim dari MRC Childhood Nutrition Research Centre di University College London, Inggris, susu yang terbuat dari susu sapi ini bisa memicu obesitas. Kandungan gula yang tinggi dalam sejumlah produk susu formula dianggap menjadi 'biang keladi' obesitas pada bayi.

Selain itu, jika pengguna susu formula tidak mengikuti aturan dan takaran pas pemberian susu formula pada bayi. Hal inilah yang bisa memicu bayi mengalami kegemukan. "Obesitas bisa sangat mungkin terjadi pada bayi yang mengonsumsi susu formula. Salah satu penyebab, susu formua biasanya dalam bentuk powder. Takaran air dengan jumlah susu yang dituangkan bisa mengalami kelebihan atau kekurangan. Jika kelebihan, sangat mungkin menyebabkan bayi obesitas," ujar Nuri.

Susu formula yang beredar di pasaran terdiri dari dua jenis, susu formula non sapi dan susu sapi formula. Bayi yang memiliki alergi terhadap susu sapi formula dianjurkan untuk mengonsumsi susu formula non sapi. Biasanya terbuat dari kacang kedelai yang juga diformulasikan mirip dengan ASI. Meski demikian ASI tetap menjadi makanan terbaik untuk bayi yang memiliki formulasi gizi alami yang aman untuk bayi tanpa efek samping berbahaya.

Sebagai ibu, tentunya Anda ingin memberikan yang terbaik bagi si kecil. Untuk itu berikanlah bayi Anda ASI eksklusif minimal selama enam bulan. Bayi tidak perlu diberikan makanan apapun sebelum berusia enam bulan, karena kandungan dalam ASI sudah memenuhi kebutuhan gizi si kecil. Lebih dari 100 jenis zat gizi terdapat dalam ASI, antara lain AA, DHA, Taurin dan Spingomyelin yang sangat baik bagi pertumbuhan otak anak.

Masalahnya, masih banyak ibu yang memiliki kebiasaan untuk memberikan makanan tambahan pada usia kurang dari 6 bulan. "Hal itu nantinya bisa berefek pada masalah pencernaan si anak saat ia beranjak dewasa, karena lambungnya dipaksa mengolah makanan yang belum seharusnya diterima," ujar Nuri.

Untuk itu, jangan mudah menyerah dan mintalah dukungan orang-orang di sekeliling untuk bisa memberikan ASI eksklusif. Ingatlah kalau memberikan ASI tidak hanya bermanfaat bagi kesehatan fisik anak tetapi juga intelektual, mendekatkan hubungan ibu dan anak dan juga kesehatan ibu.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Postingan Populer