Kamis, 02 Desember 2010

Cinta Itu Tanpa Syarat


Cinta itu sebenarnya tidak seharusnya bersyarat, prinsip yang sederhana ini malah berangsur-angsur dilupakan masyarakat. Baik dengan orang lain bukan untuk menuntut balasan. (CLIPART)

Cinta itu sebenarnya tidak seharusnya bersyarat, prinsip yang sederhana ini malah berangsur-angsur dilupakan masyarakat. Baik dengan orang lain bukan untuk menuntut balasan. (CLIPART)

Dalam percintaan zaman kuno, apakah benar tanpa pamrih?

Film sejarah Catherine the Great, mengisahkan seorang kaisar perempuan Catherine II (1729-1796) dalam sejarah kekaisaran Rusia. Sebelum melihat film ini, dalam benak saya hanya samar-samar teringat bahwa kaisar perempuan tersebut pernah menciptakan keputusan politik yang luar biasa, mendirikan sebuah kerajaan besar yang tiada taranya dan tak akan terulang lagi dalam sejarah. Sedangkan dalam film ini, hanya mengutamakan kisah percintaannya.

Jenderal Grigory Potyomkin merupakan satu-satunya pria yang sangat mencintainya, tanpa memedulikan keselamatan dirinya, sang jenderal memperjuangkan kekuasaan Kaisar Catherine. Jika tidak ada sang jenderal ini mungkin Kaisar Catherine tidak akan mampu mewujudkan semua itu.

Akhirnya sang jenderal merasa tidak suka akan tindakan Catherine yang kurang bijak dan tidak bermurah hati. Sejak itu dalam sisa hidupnya, sang jenderal tak pernah lagi memberikan maaf kepada Catherine, tetapi dia juga tidak mengkhianati Catherine, bahkan masih berusaha melindunginya. Walaupun dia melepaskan percintaan karena moral dan keadilan tetapi bukan mengkhianati percintaan tersebut.

Dengan kedudukannya pada saat itu, sang jenderal yang memegang kendali kekuasaan militer, jika posisinya digantikan orang lain, kemungkinan besar akan terjadi kudeta mengambil alih kekuasaan! Namun bagi Jenderal Grigory Potyomkin, cinta itu tanpa syarat, mutlak bukan sebuah cara untuk mendapatkan kekuasaan atau kekayaan.

Teman baik saya, Angelina, baru saja curhat tentang keadaannya baru-baru ini. Setahun lalu ada orang yang memperkenalkan beberapa pria kepadanya, tetapi semuanya berakhir dengan tidak menyenangkan. Dia mengungkapkan perasaannya, apakah seluruh pria di dunia ini sama saja, kebaikan mereka semuanya bersyarat. Begitu menemukan tanda percintaan mereka tak bisa berlanjut hingga pelaminan, segera si pria itu menghentikan segala perhatian dan cintanya.

Angelina berkata, “Jika pria itu tahu jalinan kasih mereka bakal berakhir, namun pria itu masih tetap baik terhadap dirinya, maka saya mau menikah dengannya.”

Memang benar, tuntutan yang sangat sederhana, percintaan itu sebenarnya tidak seharusnya bersyarat. Prinsip yang sangat sederhana ini malahan berangsur-angsur dilupakan masyarakat. Berbaikan dengan orang lain bukan untuk menuntut balasan. Jika semua orang zaman dulu juga senang menghormati golongan atas dan menghina golongan rendah, mungkin tidak akan meninggalkan legenda dan kisah-kisah indah yang terdengar selama ribuan tahun itu.

Mengapa sekarang ini ada begitu banyak orang yang merasa tidak bahagia? Berbalik kembali ke watak hakiki orang dulu yang sederhana dan polos, hubungan antar manusia sangat sederhana, percintaan dan pernikahan yang murni bersih. (Qing Song/The Epoch Times/lin)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Postingan Populer