Jumat, 20 Agustus 2010

Oxford, London

Kota Oxford, sekitar sejam perjalanan dengan kereta api dari London, sudah ada lebih dari seribu tahun lalu, berkembang pesat sejak Universitas Oxford dikembangkan menjadi universitas utama Inggris oleh Raja Henry II pada tahun 1167.

Tidak banyak universitas di dunia yang bisa menjadi objek wisata seperti Oxford itu. Daya tarik utama Oxford datang dari kemampuan Pemerintah Inggris merawat setiap detail bangunan dan juga tata kota seperti keadaan ratusan tahun lalu. Maka, setiap hari ribuan wisatawan datang melihat bangsal–bangsal dan ruang kuliah di sana sambil menikmati sensasi kehidupan belajar–mengajar zaman listrik dan mesin penggerak belum ada.

Apalagi sejak film Harry Potter menggunakan universitas itu sebagai tempat pengambilan gambar, pengunjung Oxford bertambah dengan remaja pemuja Harry Potter. Tempat syuting sekolah sihir Hogwart adalah bagian dalam Gereja Kristus di Oxford. ”Setiap tangga di gereja ini dipakai syuting Harry Potter,” kata seorang pemandu.

Barangkali potret Oxford adalah potret Inggris secara keseluruhan, yaitu mampu mempertahankan keadaan yang baik sampai ratusan bahkan mungkin ribuan tahun.

Di London, jangankan kafe dari abad ke–17, di sebuah ruangan bawah tanah di tengah London terdapat bar yang dipercaya sudah ada sejak abad kelima belas. Kursi kayu di dalamnya begitu tebal dan berat, sementara suasana suram yang ada betul–betul memisahkan kita dari realitas dunia modern yang terang benderang di daerah Mayfair.

Berwisata ke Inggris adalah menikmati jalannya kemajuan zaman. Tata kota London yang penampilannya begitu tua, bahkan tidak perlu diapa–apakan lagi saat dipakai untuk syuting adegan pasar sihir Diagon Alley pada film Harry Potter, ternyata sangat modern pada segala denyutnya.

Teknologi tata suara audio terbaik salah satunya datang dari London lewat berbagai merek papan atas, demikian pula teknologi mobil presisi tinggi Rolls Royce. Lalu tengok pula grup–grup besar dunia yang mencuat antara lain lewat London seperti Rolling Stones, The Beatles, Genesis, Camel, Queen, The Who, sampai dengan Elton John.

Maka, bila Anda berwisata ke Inggris, Anda harus menikmati The London Wheel (TLW). Kincir elektrik raksasa di tepi Sungai Thames ini sungguh seperti kiasan bagi negara Inggris.

TLW dibuat dengan teknologi sangat tinggi, dengan baja yang kemampuannya ditingkatkan, namun berdiri berdampingan dengan bagian tertua Kota London. Dari puncak TLW terlihat jelas gedung parlemen, menara Big Ben, bahkan pesawat terbang yang datang dan pergi di bandara teramai di dunia, Heathrow.

Kita juga bisa mundur ke zaman prasejarah di Inggris. Pergilah ke Salisbury, sekitar 150 kilometer barat laut London. Selain bisa melihat Katedral Salisbury yang menyimpan salinan Magna Charta dari abad ketiga belas, tujuan wisata yang tidak boleh dilewatkan adalah The Stonehenge, yaitu situs astronomi purba yang sejarahnya masih simpang siur sampai saat ini.

Magna Charta sebenarnya sudah merupakan catatan sejarah dunia, bukan semata Inggris lagi. Dokumen yang disahkan Raja John pada tahun 1215 ini adalah kesepakatan dengan Paus (waktu itu Inggris masih tunduk di bawah Roma sebagai penganut Katolik), bahwa kekuasaan absolut raja harus dibatasi. Bisa dikatakan Magna Charta adalah catatan penghormatan pada hak–hak publik dan penegakan hukum sampai ke atas.

Di tepi tenggara London kita bisa mengunjungi Greenwich, kota yang menjadi acuan waktu sedunia. Di sana, sebuah garis dari baja tahan karat yang memanjang di tanah menjadi penunjuk bahwa itulah garis bujur nol derajat dunia. Ingat waktu dunia? Ingatlah waktu GMT. Greenwich Mean Time.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Postingan Populer