Banyak yang mengira kalender Jawa sekedar mengikuti, ikut-ikutan, njiplak, plagiat kalender bulan (yang dimulai sejak nabi melakukan eksodus hijriyah) hanya dikarenakan tanggalnya selalu bersama dan identik angkanya. Hal itu merupakan pendapat yang salah kaprah. Kita semua tahu kalender bulan berdasarkan siklus planet bulan (the moon). Sementara itu kalender Jawa ada sejak tahun Saka yang diawali pada tahun 66 Masehi.
Kalender Jawa merupakan kombinasi dua siklus yakni matahari dan rembulan. Karakter kalender Jawa asalnya menggunakan siklus kalender Saka dan tradisi asli nusantara sejak zaman kerajaan kuno, sehingga menghasilkan keunikan yang khas, bahkan menghasilkan ragam putaran siklus seperti ; windu, padangon, mangsakala, paringkelan, pasaran, pawukon, lintang, padewan, jaman sebagaimana tersebut di atas. Keunikan ini memang terkesan rumit, namun justru memiliki tingkat akurasi tinggi bila digunakan sebagai alat penganalisa karakter dan tabiat alam semesta, meliputi mikrokosmos dan makrokosmos.
Jika kita cermati antara kalender Jawa dengan kalender bulan (hijriyah) terdapat dua perbedaan mendasar,
1. Adalah angka tahunnya, terdapat perbedaan pada jumlah tahun yang menunjukkan rentang waktu sangat lebar. Kalender bulan saat ini sampai pada hitungan tahun 1432 H. Sementara itu kalender Jawa sampai pada hitungan tahun 1944 Be. Berarti kalender bulan memiliki selisih 512 tahun lebih muda dari kalender Jawa. Sedangkan jika dibanding kalender matahari, kalender Jawa lebih muda 66 tahun.
2. Selisih tanggal, antara keduanya selalu terjadi dinamika pergeseran antara 1 sampai dengan 2 hari. Hal ini dapat pula kita lihat bahwa kalender bulan dalam setiap 8 tahun terjadi 4 kali tahun kabisat. Sementara itu kalender Jawa 11 kali kabisat dalam waktu 20 tahun.
Kalender Jawa merupakan kombinasi dua siklus yakni matahari dan rembulan. Karakter kalender Jawa asalnya menggunakan siklus kalender Saka dan tradisi asli nusantara sejak zaman kerajaan kuno, sehingga menghasilkan keunikan yang khas, bahkan menghasilkan ragam putaran siklus seperti ; windu, padangon, mangsakala, paringkelan, pasaran, pawukon, lintang, padewan, jaman sebagaimana tersebut di atas. Keunikan ini memang terkesan rumit, namun justru memiliki tingkat akurasi tinggi bila digunakan sebagai alat penganalisa karakter dan tabiat alam semesta, meliputi mikrokosmos dan makrokosmos.
Jika kita cermati antara kalender Jawa dengan kalender bulan (hijriyah) terdapat dua perbedaan mendasar,
1. Adalah angka tahunnya, terdapat perbedaan pada jumlah tahun yang menunjukkan rentang waktu sangat lebar. Kalender bulan saat ini sampai pada hitungan tahun 1432 H. Sementara itu kalender Jawa sampai pada hitungan tahun 1944 Be. Berarti kalender bulan memiliki selisih 512 tahun lebih muda dari kalender Jawa. Sedangkan jika dibanding kalender matahari, kalender Jawa lebih muda 66 tahun.
2. Selisih tanggal, antara keduanya selalu terjadi dinamika pergeseran antara 1 sampai dengan 2 hari. Hal ini dapat pula kita lihat bahwa kalender bulan dalam setiap 8 tahun terjadi 4 kali tahun kabisat. Sementara itu kalender Jawa 11 kali kabisat dalam waktu 20 tahun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar