Menurut laporan Interactive Encyclopedia, makhluk aneh legendaris Cacing Maut Mongolia (Mongolian Death Worm, atau olgoi-khorkhoi, julukan dalam bahasa lokal) tersebut pernah membuat para ahli biologi khususnya peneliti makhluk misterius terobsesi dengannya. Para peneliti ini menghabiskan upaya seumur hidupnya di gurun pasir yang luas itu guna mencari jejak cacing tersebut. Meski para peternak pengembara Mongolia selama beberapa abad ini selalu memberitakan eksistensi mereka, namun keberadaan makhluk tersebut masih belum dapat dibuktikan.
Menurut saksi mata, panjang tubuh Cacing Maut sekitar 1-1,5 meter. Ia biasanya menyelinap di bawah pasir gurun, sepanjang tahun hanya pada waktu tertentu saja menampakkan wajahnya yang tidak lumrah. Penduduk lokal sangat takut dengan makhluk ini. Mereka bersikukuh, Cacing Maut mutlak bukan isapan jempol, ia betul-betul eksis. Makhluk aneh itu bisa menyemburkan semacam air liur kuning korosif mirip asam sulfat, juga mampu dalam sekejap menyalurkan arus listrik kuat, yang mampu menyambar mati seekor unta dewasa.
Justru karena makhluk aneh yang belum terbukti secara ilmiah tersebut dilukiskan begitu seram, baru dapat memicu rasa ingin tahu para ilmuwan. Sebuah tim kecil penjelajah Inggris sekali lagi memutuskan menelusuri jejak Cacing Maut. Mereka berharap bisa melihat sendiri cacing itu dan memotretnya. Akhirnya mereka menyusun rencana matang yakni mengalirkan air sungai ke sebagian daerah gurun, agar cacing tersebut dapat dipikat keluar dari sarangnya.
Penjelajah Ceko, Ivan Mackler, seorang ahli kompeten dalam pencarian Cacing Maut, sejak 1990 dan 1992 pernah 2 kali ke Mongolia demi mencari jejak Cacing Maut, meski tidak pernah mencapai target yang diinginkan, namun misteri Cacing Maut sudah terlanjur menjadi obsesinya.
Dari pengalaman selama dua kali pencarian tersebut, Mackler menulis data informasi yang berguna dan merupakan informasi yang harus dibaca para ilmuwan dan pemburu yang mencari keberadaan Cacing Maut.
Dalam data tersebut Mackler menunjukkan, Cacing Maut berbentuk sosis itu mempunyai panjang 0,5 meter dan badan sebesar lengan pria dewasa, sangat mirip dengan cacing di dalam usus sapi. Ujung ekornya ekstra pendek, seolah telah terpotong pisau, ujung ekor itu bukan berbentuk kerucut. Bentuk mata, lubang hidung dan mulut Cacing Maut itu tidak jelas, karena para saksi mata hanya melihat sekilas saja maka tak mampu mendefinisikannya.
Keseluruhan tubuhnya berwar-na merah gelap, warna tersebut sangat mirip dengan darah dan sosis Italia. Cara merayap Cacing Maut sangat aneh. Kadang ia suka menggelindingkan tubuhnya ke depan atau bergerak maju dengan memiringkan 1 sisi tubuhnya saja.
Cacing Maut hidup di bawah bukit pasir yang tak dihuni manusia atau di dalam lembah Gobi yang panas terik. Menurut saksi mata, umumnya Cacing Maut keluar saat udara sangat panas antara Juni dan Juli.Sisa waktunya ia gunakan menyusup masuk ke dalam bukit pasir melewati kehidupan bak hibernasi. Kecuali saat hujan turun di Gurun Gobi, Cacing Maut bisa merayap keluar dari bukit pasir dan bermandi sinar mentari dan kelembaban udara yang langka di kawasan gurun itu.
Penjelajah Inggris Adam Davis, mengadakan ekspedisi dari Inggris yang berjarak ribuan km dari Gurun Gobi – Mongolia hanya untuk menelusuri jejak Cacing Maut.
Di dalam sebuah tenda ala Mongol, seorang sesepuh menunjukkan kepada tim penjelajah tentang lokasi di atas peta di mana Cacing Maut sering terlihat. Biasanya daerah dengan kontur tanah yang sulit. Ia juga memberitahu Davis, Cacing Maut biasanya muncul antara Juni - Juli, atau setiap kali sehabis hujan turun, serta saat bunga rumput Goyo (tanaman dengan bunga kecil kuning yang hidup di Gurun Gobi Mongolia) bermekaran, Cacing Maut itu baru mau keluar dari sarangnya.
Sesepuh itu menambahkan, selain Cacing Maut, di lembah Gurun Gobi hidup pula laba-laba beracun dan ular beracun. Mereka selamanya tidak takut kehadiran manusia, dan bisa saja menyerang manusia yang melanggar territorial mereka.
Beberapa hari setelah itu, tim penjelajah tiba di suatu daerah yang belum pernah terjamah oleh tim manapun dari luar negeri. Seorang pemuda setempat mengatakan, tiga tahun yang lalu ia pernah menyaksikan seekor Cacing Maut di dekat sebuah sumur, juga penduduk dusun acap kali juga melihat jejak mereka.
(The Epoch Times/whs)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar