Prof. Drs. K.H. Djamaan Nur
Jaminan Surga, Bila Berzikir & Beramal Saleh
Prof. Drs. K.H. Djamaan Nur
(Pembina Tasawuf & Tarekat Surau Mambaul Amin - Bengkulu)
www.baitulamin.org
www.mambaul-amin.blogspot.com
Manusia, terdiri dari jasmani dan rohani. Jasmani, berasal dari tanah liat yang kering dan berasal dari lumpur hitam yang dibentuk (bentuk jasmani manusia) al-Hijir 15:28. Rohani, berasal dari Allah SWT yang ditiupkan kepada diri jasmani Adam setelah diri jasmaninya sempurna sebagai jasmani manusia (al Hijir 15:29). Sedangkan pada keturunan Adam, dihembuskan roh yang berasal dari allah itu kepada janin saat berusia 120 hari ketika masih berada dalam rahim ibunya (as-Sajadah 32:9).
Diri rohani yang berasal dari allah, sudah disiapkan untuk setiap diri jasmani manusia. Karenanya, usia roh sejak Nabi Adam hingga akhir manusia nanti adalah sama. Cuma, usia rohani itu dipartnerkan dengan jasmani berbeda waktunya, antara satu orang dengan lainnya. Atau dengan kata lain, usia roh nenek moyang kita dengan usia roh kita dan dengan usia anak cucu kita adalah sama. Yang akan mempertanggungjawabkan amal baik dan amal buruk kita, adalah diri rohani ini. Diri rohani inilah yang akan masuk surga atau masuk neraka. Sesuai dengan amal perbuatannya di dunia. Ketika manusia wafat maka diri rohaninya masuk surga dan atau masuk neraka. Sedangkan diri jasmaninya adalah diri jasmani yang baru. Bukan diri jasmani yang berasal dari tanah.
Allah menjadikan manusia supaya beribadah kepada-Nya oleh karena ada padanya roh. Kemudian allah menjadikan hidup dan mati untuk mengetahui mana diri rohani yang lebih banyak dan lebih bagus amalannya (al-Muluk 2). Itu adalah hakikat hidup manusia.
Seseorang harus mempunyai pola hidup, pola berfikir dan pola sikap supaya tujuan hidupnya tercapai. Dalam QS al-Qasas 77 disebutkan, peruntukkan apa saja yang kamu peroleh berupa rahmat dan karunia allah untuk akhiratmu. Tapi kamu harus mempersiapkan juga untuk hidupmu di dunia. Dan kamu harus berbuat baik serta mensyukuri apa yang kau peroleh itu sebagaimana allah berbuat baik kepadamu.
Adapun tujuan hidup manusia adalah agar dekat dengan Allah SWT dan mendapatkan ridho-Nya (al-Fajar 27-28). Hadis meriwayatkan : berbuatlah kamu untuk urusan duniamu seolah-olah kamu hidup selamanya. Itu berarti, urusan dunia ini harus dilaksanakan secara bertahap. Dan beramal lah untuk akhiratmu, seolah-olah kamu akan mati besok pagi. Artinya, kita harus bersegera untuk amar makruf nahi munkar. Tidak boleh ditunda-tunda.
Pola hidup, pola berfikir dan pola sikap rasulullah yang menjadi panutan kita, jelas seperti yang tertera dalam Q.S al-An’am 162. Artinya, “Katakanlah: sesungguhnya salatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk allah tuhan semesta alam”.
Untuk bertakarub kepada allah, kita harus berzikir dalam segala situasi dan kondisi. Baik ketika sedang berdiri, duduk dan berbaring (Ali Imran 191). Untuk berzikir, seseorang harus mengetahui hakikat dirinya seperti yang telah dijelaskan di atas. Berzikir itu, dalam artian umum yakni seseorang berbuat apa saja yang bentuknya ibadah umum maupun ibadah khusus harus lillahita’ala (karena allah SWT). Berzikir dalam arti khusus seperti, mengucapkan tasbih, tahmid, takbir dan tahlil.
Dengan berzikir, bisa menenangkan hati. Sebagaimana firman Allah SWT : “Ketahuilah, dengan berzikir, seseorang akan menjadi tenang hatinya (QS ar-Ra’du 31:28). Hadis yang mengatakan barang siapa di akhir kalamnya mengucapkan “Laa ilaahaillallah” masuk surga.
Dengan berzikir, seseorang membersihkan diri rohaninya. Sebagaimana sabda rasulullah yang artinya : “Ketahuilah, bahwa sesungguhnya segala sesuatu yang kotor ada cara membersihkannya (kotor lahir). Dan hati yang kotor (kotor batin) membersihkannya adalah dengan cara zikrullah”.
Seseorang yang sakaratul maut, ditalkinkan/dituntun mengucapkan lafaz “Laa ilaahaillallah”. Dia hanya bisa mengikuti panduan kalimat tersebut manakala hatinya bersih dan tenang. Adapun yang menjawab sesungguhnya adalah hatinya yang bersih sebagai buah dari amalnya itu sendiri. Karena itu, hendaklah kita membiasakan membersihkan hati dengan cara berzikir hingga pada waktu sakarat nanti, otomatis kita bisa melaksanakan tuntunan kalimat tauhid itu. Demikian pulalah halnya orang mentalkinkan jenazah di kubur yang dituntun untuk menjawab pertanyaan malaikat. Seperti ‘man rabbuka (siapa tuhanmu)’ maka dijawab allahurabbi (allah tuhanku). man nabiyuka (siapa nabimu) maka dijawab Muhammad rasulullah, nabiyyi (nabiku)’ dan seterusnya.
Perlu kami tegaskan bahwa orang yang meninggal, yang mati adalah diri jasmaninya. Sedangkan diri rohaninya tidak mati tapi tetap hidup. Seperti dalam firman allah QS al-Baqarah 2:154 dan QS ali –Imran 3:169. Pada waktu seseorang menerima nikmat, rahmat atau azab di alam barzakh hingga alam akhirat, diri rohaninya dipartnerkan dengan diri jasmaninya yang baru. Dalam al-quran disebutkan, yang menjadi bahan baku api neraka itu adalah manusia dan batu. Ketika diri jasmaninya hangus oleh api neraka maka diganti dengan diri jasmani yang baru dan seterusnya. Agar orang itu dapat merasakan azab dari Allah SWT, QS an-Nisa 4:56.
Adapun kondisi orang yang berzikir dan beramal saleh, dia masuk surga. “Sesungguhnya, penghuni surga pada hari itu bersenang-senang dalam kesibukan mereka. Mereka dan istri-istri mereka berada dalam tempat yang teduh, bertelekan (bersila) di atas dipan-dipan. Disurga itu, mereka memperoleh buah-buahan dan memperoleh apa yang mereka minta. Kepada mereka dikatakan, ‘salam’ sebagai ucapan selamat dari tuhan yang maha penyayang” (QS Yasin 36:55-58).(**)
Diri rohani yang berasal dari allah, sudah disiapkan untuk setiap diri jasmani manusia. Karenanya, usia roh sejak Nabi Adam hingga akhir manusia nanti adalah sama. Cuma, usia rohani itu dipartnerkan dengan jasmani berbeda waktunya, antara satu orang dengan lainnya. Atau dengan kata lain, usia roh nenek moyang kita dengan usia roh kita dan dengan usia anak cucu kita adalah sama. Yang akan mempertanggungjawabkan amal baik dan amal buruk kita, adalah diri rohani ini. Diri rohani inilah yang akan masuk surga atau masuk neraka. Sesuai dengan amal perbuatannya di dunia. Ketika manusia wafat maka diri rohaninya masuk surga dan atau masuk neraka. Sedangkan diri jasmaninya adalah diri jasmani yang baru. Bukan diri jasmani yang berasal dari tanah.
Allah menjadikan manusia supaya beribadah kepada-Nya oleh karena ada padanya roh. Kemudian allah menjadikan hidup dan mati untuk mengetahui mana diri rohani yang lebih banyak dan lebih bagus amalannya (al-Muluk 2). Itu adalah hakikat hidup manusia.
Seseorang harus mempunyai pola hidup, pola berfikir dan pola sikap supaya tujuan hidupnya tercapai. Dalam QS al-Qasas 77 disebutkan, peruntukkan apa saja yang kamu peroleh berupa rahmat dan karunia allah untuk akhiratmu. Tapi kamu harus mempersiapkan juga untuk hidupmu di dunia. Dan kamu harus berbuat baik serta mensyukuri apa yang kau peroleh itu sebagaimana allah berbuat baik kepadamu.
Adapun tujuan hidup manusia adalah agar dekat dengan Allah SWT dan mendapatkan ridho-Nya (al-Fajar 27-28). Hadis meriwayatkan : berbuatlah kamu untuk urusan duniamu seolah-olah kamu hidup selamanya. Itu berarti, urusan dunia ini harus dilaksanakan secara bertahap. Dan beramal lah untuk akhiratmu, seolah-olah kamu akan mati besok pagi. Artinya, kita harus bersegera untuk amar makruf nahi munkar. Tidak boleh ditunda-tunda.
Pola hidup, pola berfikir dan pola sikap rasulullah yang menjadi panutan kita, jelas seperti yang tertera dalam Q.S al-An’am 162. Artinya, “Katakanlah: sesungguhnya salatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk allah tuhan semesta alam”.
Untuk bertakarub kepada allah, kita harus berzikir dalam segala situasi dan kondisi. Baik ketika sedang berdiri, duduk dan berbaring (Ali Imran 191). Untuk berzikir, seseorang harus mengetahui hakikat dirinya seperti yang telah dijelaskan di atas. Berzikir itu, dalam artian umum yakni seseorang berbuat apa saja yang bentuknya ibadah umum maupun ibadah khusus harus lillahita’ala (karena allah SWT). Berzikir dalam arti khusus seperti, mengucapkan tasbih, tahmid, takbir dan tahlil.
Dengan berzikir, bisa menenangkan hati. Sebagaimana firman Allah SWT : “Ketahuilah, dengan berzikir, seseorang akan menjadi tenang hatinya (QS ar-Ra’du 31:28). Hadis yang mengatakan barang siapa di akhir kalamnya mengucapkan “Laa ilaahaillallah” masuk surga.
Dengan berzikir, seseorang membersihkan diri rohaninya. Sebagaimana sabda rasulullah yang artinya : “Ketahuilah, bahwa sesungguhnya segala sesuatu yang kotor ada cara membersihkannya (kotor lahir). Dan hati yang kotor (kotor batin) membersihkannya adalah dengan cara zikrullah”.
Seseorang yang sakaratul maut, ditalkinkan/dituntun mengucapkan lafaz “Laa ilaahaillallah”. Dia hanya bisa mengikuti panduan kalimat tersebut manakala hatinya bersih dan tenang. Adapun yang menjawab sesungguhnya adalah hatinya yang bersih sebagai buah dari amalnya itu sendiri. Karena itu, hendaklah kita membiasakan membersihkan hati dengan cara berzikir hingga pada waktu sakarat nanti, otomatis kita bisa melaksanakan tuntunan kalimat tauhid itu. Demikian pulalah halnya orang mentalkinkan jenazah di kubur yang dituntun untuk menjawab pertanyaan malaikat. Seperti ‘man rabbuka (siapa tuhanmu)’ maka dijawab allahurabbi (allah tuhanku). man nabiyuka (siapa nabimu) maka dijawab Muhammad rasulullah, nabiyyi (nabiku)’ dan seterusnya.
Perlu kami tegaskan bahwa orang yang meninggal, yang mati adalah diri jasmaninya. Sedangkan diri rohaninya tidak mati tapi tetap hidup. Seperti dalam firman allah QS al-Baqarah 2:154 dan QS ali –Imran 3:169. Pada waktu seseorang menerima nikmat, rahmat atau azab di alam barzakh hingga alam akhirat, diri rohaninya dipartnerkan dengan diri jasmaninya yang baru. Dalam al-quran disebutkan, yang menjadi bahan baku api neraka itu adalah manusia dan batu. Ketika diri jasmaninya hangus oleh api neraka maka diganti dengan diri jasmani yang baru dan seterusnya. Agar orang itu dapat merasakan azab dari Allah SWT, QS an-Nisa 4:56.
Adapun kondisi orang yang berzikir dan beramal saleh, dia masuk surga. “Sesungguhnya, penghuni surga pada hari itu bersenang-senang dalam kesibukan mereka. Mereka dan istri-istri mereka berada dalam tempat yang teduh, bertelekan (bersila) di atas dipan-dipan. Disurga itu, mereka memperoleh buah-buahan dan memperoleh apa yang mereka minta. Kepada mereka dikatakan, ‘salam’ sebagai ucapan selamat dari tuhan yang maha penyayang” (QS Yasin 36:55-58).(**)
http://mambaul-amin.blogspot.com/2009/09/zikir-surga.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar