Sabtu, 23 Oktober 2010

Catatan Kejahatan Otoriter Komunis Afganistan

Pasukan Uni Soviet yang diAtarik dari Afganistan pada 1988.  (AFP)
Pasukan Uni Soviet yang diAtarik dari Afganistan pada 1988. (AFP)
(Epochtimes.co.id)

Pada 1963, Raja Zahir Shah mengumumkan melakukan modernisasi pembangunan dalam bidang kebudayaan, ekonomi dan politik. Pada 1965, raja memutuskan untuk mendirikan pemerintahan yang demokrasi dan mulai dilaksanakan sistem parlementer, multi partai dan pemilihan umum secara bebas.

Sebenarnya Afganistan sejak awal berada dalam jalur konstitusional yang bebas dan demokratis, bila tidak terjadi tindakan kejahatan dari partai komunis, situasi dan kondisi Afganistan akan sama sekali berbeda dengan sekarang yang dipenuhi kekacauan terorisme, peperangan serta keterbelakangan dan penderitaan kemiskinan. Kudeta yang dilakukan komunis serta campur tangan Uni Soviet telah merusak kestabilan sosial politik Afganistan, proses modernisasi yang telah berjalan dengan baik terputus di tengah jalan.

September 1920, Tentara Merah Soviet menduduki wilayah Bukhara Khanate, Afganistan, dan pada 1924, resmi dicaploknya. Perlawanan rakyat Afganistan berlangsung hingga 1930-an, tak kurang dari satu juta penduduk di sana melarikan diri ke dalam Afganistan. Gerakan perlawanan rakyat baru dapat dipadamkan secara tuntas oleh pasukan Soviet pada 1933.

Komunis dengan cepat mempengaruhi pimpinan Afganistan, sekelompok besar orang Afganistan dikirim ke Soviet untuk dididik. Georgy Agabekov, anggota Cheka (pendahulu KGB) bertanggung jawab atas wilayah Afganistan selama dia tinggal di Kabul dan Istanbul. Pada 1965, Afganistan kali pertama melaksanakan pemilihan umum, namun raja Afganistan masih mempertahankan sistem monarki konstitusional. Pada 1969, untuk kali kedua diadakan pemilu secara bebas di Afganistan, hasilnya menguntungkan bangsawan dan pemerintah daerah.

Kebijakan raja melaksanakan demokratisasi memberi kesempatan komunis bawah tanah tampil secara legal. Pada 1965, komunis atas nama Partai Demokrasi Rakyat Afganistan ikut dalam pemilihan anggota DPR. Seorang anggota komunis yang didukung Soviet terpilih menjadi anggota DPR pada 1969, Nur M. Taraki terpilih sebagai Sekjen Partai Komunis Afganistan. Dia seorang petani kaya. Pendiri PK Afganistan lainnya adalah M.Hussien Khan, seorang bangsawan, yang bertahun-tahun menjadi agen KGB.

PK Afganistan ada dua kelompok, masing-masing menggunakan nama korannya sebagai nama partai. Kelompok “Rakyat” dan kelompok “Bendera”, namun mereka sama-sama menganut Marxis-Leninisme, mirip dengan politik Uni Soviet. Pada 1976 atas perintah Soviet, dua kelompok bergabung, anggota partai komunis tidak pernah melebihi 6.000 orang. Masih terdapat beberapa organisasi yang menganut paham berasal dari Marxisme, seperti Shola I Javaid yang terbentuk pada 1970, menganut Maoisme. Anggotanya banyak dari Islam Shiites dan siswa. Belakangan pecah menjadi beberapa kelompok, mereka semua anti Soviet dan menentang agresi Soviet ke Afganistan.

Mohammed Daoud Khan, paman raja yang dipecat pada 1963, dia bergabung dengan perwira komunis melakukan kudeta militer pada 1973. Setelah berhasil berkuasa, sebanyak 7 anggota golongan “Bendera” diangkat menjadi menteri dalam kabinetnya, dan sistem kebebasan konstitusional dihapus. Di bawah hasutan komunis, pemerintah Daoud melakukan gerakan penindasan.

Hashim Maiwandwal, seorang nasionalis yang menjabat Perdana Menteri pada 1965-1967 ditangkap bersama 40 orang lainnya, dengan tuduhan “merencanakan sabotase terhadap pemerintah”, 4 orang diantaranya dibunuh, Maiwandwal sendiri dikabarkan bunuh diri dalam penjara. Penganiayaan kejam dan teror terjadi dimana-mana.

Pada 1975, Daoud berusaha melepaskan diri dari komunis, menandatangani perjanjian perdagangan baru dengan negara-negara Eropa timur, Iran dan India. Sejak itu hubungan dengan Soviet mulai memburuk. Dalam suatu kali perlawatan ke Soviet, dia pernah bertengkar dengan Presiden Soviet Leonid Brezhnev, dia secara terbuka mendorong independensi perekonomian Afganistan. Maka pada 27 April 1978, ia digulingkan oleh kudeta yang diorganisir komunis sendiri.

Sebelum 1978, di Afganistan hampir tidak ada tempat bagi muslim yang ekstrim, posisi pemerintah independen, hubungan dengan Uni Soviet serasi, tidak ada masalah perbatasan negara dan hubungan dengan negara-negara Islam baik-baik saja. Soviet salah perhitungan menggulingkan pemerintahan Daoud. Dengan tersingkirnya Daoud, Soviet mendukung Islam ekstrim, mungkin Komunis telah salah tafsir terhadap kekuatan Islam Ekstrim.

30 April 1978, pemerintah baru terbentuk, Taraki sebagai presiden, Babrak sebagai wapres merangkap wakil perdana menteri, Amin menjabat wapres ke-2 merangkap menlu. Pemerintah komunis segera melakukan serentetan reformasi, menghapus jaminan hutang tanah di pedesaan, seluruh anak diwajibkan sekolah, dan propaganda anti agama dimulai, sehingga merusak tatanan hidup masyarakat tradisional Afganistan, menimbulkan rasa ketidak puasan secara luas.

Juli 1978, terjadi pemberontakan Asmar pertama. Kekerasan politik menyebar luas, sehingga pada 14 Pebruari 1979 terjadi penyanderaan Dubes AS, Adolph Dubs oleh golongan Maois Satem I Milli yang menuntut pembebasan pimpinannya Barrudem Behes, padahal Behes telah dibunuh polisi rahasia komunis Afganistan.

Keterlibatan polisi rahasia dalam operasi pembebasan sandera justru mengakibatkan dubes AS bersama penyandera mati terbunuh. Selanjutnya pemerintah komunis mulai menempuh perjalanan anti agama, Alquran dimusnahkan didepan umum, pemimpinnya serta pimpinan agama lainnya ditangkapi dan dibunuh.

5 Januari 1979 malam, 130 Muslim di Mojaddediclam dibunuh secara massal, seluruh kegiatan agama dilarang. 5.000 penganut agama Yahudi, terpaksa menyelamatkan diri ke Israel. Berbagai bentuk perlawanan mulai berkembang, dari kota menjalar ke desa, rezim komunis dan penasihat Soviet mulai menerapkan teror berskala besar.

Maret 1979, sebanyak 1.700 penduduk pria Desa Karala, termasuk anak-anak, diberondong senapan mesin di lapangan terbuka, kemudian mayat dan yang luka-luka didorong masuk ke dalam kubangan besar kemudian dipendam. Sisa kaum perempuan yang hidup, melarikan diri ke Pakistan.

Maret 1979, Kota Keart yang baru berhasil dikuasai kekuatan anti komunis langsung dihujani bom, kemudian disapu bersih oleh tentara pemerintah, penduduk kota yang hanya 100 ribu orang, tewas sebanyak 20-25 ribu orang.

Perlawanan diseluruh negeri memaksa pemerintah komunis meminta bantuan dari Soviet, selain senjata bio-kimia dan gas racun yang tidak dikabulkan, senjata perang senapan mesin, senapan granat, meriam, kendaraan lapis baja (termasuk amfibi), pesawat bom dan bantuan uang segera mengalir ke Afganistan.

Penjara Pol-e-Charki menjadi kamp konsentrasi, hukuman bengis sangat umum, setiap malam ratusan orang dikubur hidup-hidup. Komunis Afganistan menggunakan cara biadab Stalin, yakni dalam satu kelompok bila ada 1 orang melakukan perlawanan, maka kelompok itu dibunuh semua. (Hitler Nazi menggunakan 1 dari 4 orang dibunuh dalam membalas dendam; Jepang dalam agresi ke China menggunakan 1:5 sebagai pembalasan).

15 Agustus 1978, terjadi pembunuhan masal terhadap Suku Hazaras. 300 orang ditangkap, diantaranya 150 orang dikubur hidup-hidup dengan buldoser, 150 orang lainnya dibakar hidup-hidup.

Bersamaan itu, dalam tubuh PK Afganistan juga terjadi perebutan kekuasaan yang sengit, golongan “Bendera” semakin naik daun, pemimpin dari golongan “Rakyat” berangsur dicopot dan dialihkan menjadi duta besar, sesuai petunjuk Soviet. Babrak sebagai dubes di Cekoslovakia. Sedangkan dalam tubuh golongan “Bendera”, pertarungan juga tiada hentinya. 10 September 1979, Amin menggeser Taraki, menjadi orang nomor satu dalam partai dan menjabat sebagai Perdana Menteri. Pembersihan terhadap lawan politik dalam internal partai segera dilakukan, akhirnya Taraki terbunuh juga.

Pada saat itu, Soviet telah menempatkan 5.000 penasihat di Afganistan, serta sekelompok pasukan yang dipimpin Jenderal Ivan Grigorievich Pavlovsky sebagai panglima pasukan darat di Afganistan.

Babrak mengatakan, yang terbunuh dalam pembersihan oleh penerusnya, yaitu Taraki dan Amin sebanyak 15 ribu orang. Sebenarnya angka tersebut paling sedikit di atas 40 ribu orang. Semua elit negara telah lenyap dalam pembersihan. Di desa, komunis melakukan teror dengan senapan mesin dan meriam, mengakibatkan 100 ribu orang meninggal, 500 ribu orang melarikan diri keluar negeri.

Pada 1979, seluruh Afganistan terjerumus dalam perang saudara. Pemerintah komunis tidak dapat mengendalikan pedesaan, terpaksa sekali lagi minta bantuan Soviet. Namun bantuan yang diterima tidak sesuai keinginannya, sehingga Amin mulai berpaling ke negara lain yang tidak terpengaruh langsung oleh Uni Soviet, bahkan melakukan pendekatan dengan Amerika.

12 Desember 1979, Politbiro Sentral PK Soviet meloloskan rencana campur tangan langsung. Pada 25 Desember, pasukan Soviet menerobos masuk Afganistan, menurut keterangan mantan pejabat KGB, “Menyerang istana presiden, bunuh Presiden Amin serta semua saksi mata.” Sebelum dibunuh, Amin diminta pensiun dan diberi uang pensiun yang berlimpah, namun ditolak oleh Amin, sehingga akhirnya dibunuh.

Selanjutnya Babrak Karmal menggantikan kedudukan presiden, pemerintahan baru tersebut diproklamasikan melalui siaran radio Uni Soviet. (Guo Guoding/The Epoch Times/tys)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Postingan Populer