Reaksi yang umum saat menghadapi rasa sakit dan stres dengan menghembuskan udara (hiperventilasi) atau sekadar menahan napas sejenak (tarik nafas dalam waktu singkat dan pendek). Sayangnya, reaksi ini hanya akan menimbulkan lebih banyak kecemasan dan tidak membantu kita menjadi lebih tenang sehingga dapat melakukan pendekatan masalah dengan baik dan berpikir rasional.
Sebelum terjebak dalam situasi stres, akan sangat membantu jika mempraktekkan pernapasan dalam-dalam secara teratur. Bernapas dalam-dalam sungguh merelakskan bahkan menambah tenaga. Bernapas dalam-dalam juga dapat membantu menenangkan pikiran hanya dengan fokus pada pernapasan.
Dengan sengaja memperhatikan napas secara teratur, akan mengajarkan Anda cara untuk lebih mengontrol pikiran. Anda mungkin berpikir, “Saya tidak dapat menghentikan pikiran.” Ini mungkin benar sampai batas tertentu. Namun, jika Anda belajar memperhatikan pikiran, Anda akan dapat lebih banyak mengontrol kapan harus berpikir dan apa yang harus dipikirkan daripada sebelumnya.
Pernapasan berubah sesuai dengan berbagai tingkat stres mental atau fisik kita. Jika kita secara sadar mengubah cara kita bernapas, perubahan tersebut yang akan mempengaruhi kondisi mental dan fisik kita.
Stress mental dan nyeri otot akan meningkatkan rasa sakit. Bernapas dalam-dalam secara efektif akan melatih stres dan ketegangan mental, sehingga membantu meringankan rasa sakit. Inilah salah satu alasan mengapa bernapas dalam-dalam sering disarankan pada pasien yang mengalami penyakit yang menyakitkan.
Agar dapat bernapas dalam-dalam secara efektif, tarik napas sangat perlahan dan cobalah melakukan penarikan napas panjang selama mungkin. Lakukan hal yang sama saat menghembuskan nafas. Rasakan perjalanan napas dalam tubuh Anda. Apakah Anda merasakannya saat di tenggorokan, dada, dan atau di perut? Bagian tubuh mana yang ikut naik dan turun seiring dengan pernapasan? Apakah bahu, dada, atau perut?
Idealnya, kita menggunakan diafragma untuk menarik napas, tapi banyak diantara kita yang menggunakan otot di bahu dan dada untuk menarik oksigen. Kedua otot ini dirancang untuk menjadi kelompok sekunder dalam menarik napas, bukan yang utama.
Setelah Anda mencatat kebiasaan Anda bernapas, duduk tegak atau berdiri, letakkan tangan pada perut, dan lakukan latihan pernapasan melalui perut.
Bayangkan oksigen berjalan melalui pusat tenggorokan dan di bawah tulang dada, tanpa mengangkatnya, dan ke perut bagian bawah, yang akan mengembang saat diafragma menarik oksigen masuk.
Saat Anda menghembuskan napas perlahan, bayangkan oksigen berjalan naik dari perut, melewati bagian belakang tenggorokan, dan keluar dari hidung.
Saat berlatih ini, buatlah suara yang menunjukkan laut, seolah-olah Anda fogging cermin.
Tarik napas selama empat hitungan, berhenti sejenak, dan kemudian hembuskan dalam empat hitungan. Berhenti sejenak sebelum menarik napas kembali.
Berlatihkan selama 5-10 menit. Perhatikan bagaimana kondisi pikiran ketika telah menyelesaikan meditasi pernapasan yang sederhana ini.
Saat Anda telah merasa nyaman dengan cara bernapas ini, lakukan pernapasan ke berbagai area tubuh Anda. Misalnya, saat Anda melakukan peregangan otot, mulailah bernapas dalam-dalam. Saat Anda menghirup napas, bayangkan ada paru-paru dalam otot yang Anda regangkan. Bernapaslah dalam paru-paru tersebut.
Perhatikan bagaimana cara ini mempengaruhi peregangan Anda. Apakah dapat membantu meringankan rasa sakit dari peregangan? Apakah dapat membantu memperdalam peregangan Anda?
Anda dapat menggunakan teknik ini jika menderita cedera atau sakit. Setelah bernapas di wilayah yang menyakitkan, perhatikan bagaimana pernapasan ini dapat membantu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar