Jumat, 29 Oktober 2010

Data Kelahiran Yang Sama Memiliki Nasib Yang Sama?

(EPOCH TIMES)

Epochtimes.co.id. Sewaktu penulis masih menetap di China, sempat memberikan jasa peramalan nasib gratis kepada berbagai kalangan masyarakat. Namun ada sebuah pertanyaan yang paling mereka ragukan:

Orang yang lahir pada tahun, bulan, tanggal dan jam yang sama, apakah memiliki nasib yang sama? Makna di balik pertanyaan ini, jika tidak sama, maka ramalan nasib itu sama saja bohong. Setelah penulis menetap di luar negeri, juga seringkali menjumpai pertanyaan ini.

Sebenarnya mereka tak bisa disalahkan apabila masih terdapat keraguan semacam ini, karena bentuk penggabungan Ba Zi (suatu metode China kuno dalam meramal nasib seseorang) keseluruhannya hanya berjumlah 510.000 macam. Sedangkan manusia yang hidup saat ini ada beberapa miliar jiwa. Mungkinkah beberapa miliar manusia hanya memiliki 510.000 macam nasib? Inilah salah satu alasan untuk menentang ramalan nasib.

Kitab China kuno Liang Xi Man Zhi, karya Fei Gun dari zaman Dinasti Song (960-1279) mengatakan, “Dua jam terlahir 1 orang, dalam satu hari terlahir 12 orang, dihitung selama 1 tahun, hanya melahirkan 4.320 orang. Dihitung dengan satu anak Jia, hanya ada jiwa sebanyak 518.480 saja. Kini, orang dalam satu provinsi tidak kurang dari jutaan, maka orang yang tahun, bulan, tanggal dan jam kelahirannya sama, pasti banyak, lalu mengapa terjadi perbedaan kaya-miskin?”

Penghitungan ini secara permukaan sepertinya sangat beralasan, akan tetapi apabila ditelusuri lebih jauh, sebetulnya semacam pandangan mekanis yang sederhana. Jangan dibahas dulu tentang kompleksnya jiwa umat manusia. Dalam alam semesta semua makhluk memiliki jiwa dan hukum perkembangan yang terpasang dari dalam. Tak peduli apakah itu pohon pir, jeruk, gandum, dan lain-lain, mereka semuanya memiliki sifat laten yang tidak sama dan hukum perkembangan (yang terprogram) dari dalam.

Misalnya pohon pir pada musim semi tunas dan berbunga, pada musim kemarau daunnya bertambah lebat, pada musim gugur berbuah, pada musim dingin tanpa daun, hingga ke musim semi tahun berikutnya bertunas lagi, hukum perubahan semacam ini digerakkan oleh nasib laten sejarah itu sendiri.

Ambil saja contoh kehidupan manusia, dengan tipe tertentu, pada masa remajanya lancar, menginjak umur pertengahan makmur, pada usia lanjut melemah, inilah ciri khas terbentuknya nasib manusia tipe semacam ini. Namun sama-sama pohon pirnya, tunas dan waktu berbunganya pada musim semi tidak mesti sama. Ada pohon pir yang mungkin waktu tunas dan berbunganya lebih dini, kadangkala bisa lebih lambat sedikit. Disinilah letak hubungan dan pengaruh dengan faktor musim (ketepatan iklim alam semesta/Tian Shi), geografi (karunia bumi/Di Li) dan manusia (keharmonisan manusia/Ren He).

Misalnya musim pada tahun tertentu, musim seminya datang lebih dini, maka pohon pir pada tahun tersebut, waktu tunas dan berbunganya pada sedikit lebih dini. Inilah pengaruh dari faktor musim. Selanjutnya, pohon pir di halaman belakang rumah tertentu, ditanam pada posisi menghadap matahari, dari pagi hingga petang terus terkena sinar matahari, maka ia memperoleh kelebihan posisi geografi, bisa jadi masa tunas dan berbunganya lebih dini. Sebaliknya, pohon pir di suatu rumah terletak pada sudut yang gelap, dari pagi hingga petang jarang terkena sinar matahari, maka pohon pir tersebut masa tunas dan berbunganya agak lambat. Inilah pengaruh dari letak geografi (negatif).

Selain itu, ada orang yang merawat pohon pir di halaman belakangnya dengan baik, pemotongan dahan dan penggunaan pupuknya tepat waktu, dengan sendirinya pohon pir tersebut tumbuh dengan baik dan kuat. Sedangkan pohon pir di halaman belakang seseorang diabaikan, dibiarkan tumbuh sendirinya, tentu saja tumbuhnya tidak ideal. Dari sini terlihat, sama-sama pohon pir, namun di bawah pengaruh perbedaan faktor musim, geografi dan manusia, maka pertumbuhan pasca kelahirannya terwujud berbagai macam perbedaan.

Tetapi kita tidak bisa karena perbedaan ini lantas mengingkari eksistensi hukum laten pada pohon pir dalam pertumbuhannya. Seperti pohon pir milik si A berbunga pada akhir Maret, sedangkan pohon pir si B pada awal April. Oleh karena perbedaan waktu berbunganya lantas kita mengingkari eksistensi hukum alam (laten) bahwa pohon pir bertunas dan berbunga pada musim semi, serta berbuah pada musim gugur.

Kita ambil contoh kehidupan manusia. Meskipun umat manusia hanya mempunyai 518.000 macam pola kehidupan, tetapi seiring perbedaan faktor musim, geografi dan manusia dari setiap kelahiran manusia, maka menghasilkan variasi triliunan pengalaman dan perbedaan dari orang yang berbeda.

Walaupun pengalaman orang berjumlah triliunan itu tidak sama, tetapi perkembangan kehidupan itu, masih mengikuti karakter hukum tertentu yang bisa dilacak. Apabila perkembangan kehidupan setiap orang dilukiskan dan ditampilkan dengan sebuah grafik kehidupan, maka manusia yang lahir pada tahun, bulan, hari dan jam yang sama, grafik perkembangan kehidupan mereka dipastikan bakal ada kemiripan, meskipun unsur luar dari pengalaman dan detailnya tidak akan sama.

Perwujudan yang ditampilkan dari salah satu orang tersebut, sewaktu muda belum berezeki, pada usia pertengahan baru agak membaik, usia lanjut baru dapat menikmati ketentraman dan kemakmuran. Sedangkan satunya lagi, bisa mengalami perjalanan yang sama, meskipun situasi mereka tumbuh berlainan.

Misalnya orang pertama pada masa remajanya belum berezeki, sejak kecil terpaksa bekerja keras karena keluarganya miskin. Sampai usia pertengahan baru memperoleh peluang membangun usahanya sendiri. Pada usia lanjut baru tenteram dan sukses.

Sedangkan orang kedua, pada masa remaja peruntungannya tidak baik, berwujud pada lemah fisik dan banyak penyakit, bekerja apapun tidak berhasil.Sampai usia pertengahan kesehatannya membaik, dalam berbagai bidang sesuai dengan pengharapannya. Usia lanjut malah nampak segar, seolah semakin muda saja.

Bukankah di dalam kehidupan terdapat banyak contoh semacam ini? Itulah sebabnya ketika membentang pengalaman mendasar dari kedua orang tersebut, menelaah dari hal yang abstrak misalnya perkembangan grafik kehidupan mereka. Dengan menggunakan perbandingan kehidupan mereka dari awal hingga akhir, akan sangat mirip. Inilah tujuan yang hendak dicapai oleh peramalan nasib. Menggunakan cara matematis dalam peramalan, tak mungkin bakal memperoleh ketepatan 100%, sudah terbilang lulus jika mencapai 70% tepat.

Karena dampak berbagai ketiga faktor tersebut, mustahil kalau (peramal) bisa menghitung tuntas sampai ke detail, kecuali bagi yang memelihara roh negatif (futi, makhluk yang merasuk) dan mengandalkannya meneliti untuknya dari dimensi lain. Namun biasanya hanya cocok untuk kehidupan lampau. Sedangkan untuk hal yang belum terjadi, roh itu pada dimensi lain juga tak mampu melihatnya, karena kejadian pada masa akan datang belum muncul.

Untuk menjelaskan nasib berpola sama seperti apa yang menerima dampak ketiga faktor tersebut, saya ambilkan contoh daftar pola kaya/miskin. Orang yang sejak lahir sudah termasuk kategori kaya, Ba Ji -nya selaras, maka itu nasibnya sudah memiliki takdir-berharta yang terpendam.

Menurut penuturannya, ketika ia berusia 6-7 tahun, ia sudah mengerti bagaimana memperoleh uang jajan dari hasil mencari keuntungan. Buku cerita anak-anak yang biasanya ia simpan, disewakan di dekat sekolahnya. Ia mendapat keuntungan uang sewa sebesar 1 sen per buku. Disini dapat terlihat bakat terpendam pola-berharta dari nasibnya yang sangat peka terhadap harta-benda. Terhadap urusan bisnis, ia sudah memiliki bakat alami, sudah terlihat jelas sejak kecil.

Namun bakat terpendam semacam ini, jika situasi pasca kelahiran tidak memungkinkan ia mengembangkannya dengan maksimal, ia juga tidak mungkin menjadi konglomerat seperti sekarang ini. Seperti sebuah biji bunga Matahari, apabila menanamnya di tempat yang tidak terkena sinar matahari (faktor geografi), ia tidak akan mampu mengembangkan bakat terpendamnya, yakni “menghadap matahari” dengan maksimal.

Benarkah di China pada masa sebelum reformasi (ekonomi) selama rentang waktu 30 tahun (1949-1979, masa berkuasanya rezim komunis), tidak memiliki orang bernasib menjadi hartawan? Dipastikan tidak benar. Maka kenapa sebelum 1979, belum pernah muncul keluarga yang berpenghasilan diatas 10.000 Yuan di China?

Ini dikarenakan faktor musim dan situasi tidak memberikan peluang pada orang-orang bernasib kaya untuk mengembangkan kelebihan yang terpendam di dalam takdirnya. Paling-paling awal tahun ia akan mengalami keberuntungan, kondisi ekonominya mengalami perbaikan, atau naik pangkat dan kenaikan gaji, atau penghargaan dari pabrik cukup banyak, hal-hal lain berjalan dengan lancar, namun mutlak tidak akan terlahir seorang hartawan dengan harta melimpah.

Dari sini dapat terlihat, benih dengan nasib yang sama, tetapi oleh karena pengaruh faktor musim, geografi dan manusia, bisa saja lantas berubah menjadi hasil akhir yang berbeda. (Tai Yuan/The Epoch Times/whs)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Postingan Populer