Kaisar Taizong (599 - 649 M) dari Dinasti Tang mengangkat orang yang berbudi luhur dan ahli untuk menduduki jabatan-jabatan penting, dan dapat menerima saran serta kritikan dari orang yang mengangkat mereka. Meskipun kedudukan tertinggi adalah seorang kaisar, Taizong sangatlah rendah hati, hormat dan penuh toleransi. Ia bahkan menaikkan pangkat orang yang telah menentangnya. Taizong selalu tekun dan bercita-cita tinggi. Dengan demikian, Ia bukan saja sebagai pendiri Dinasti Tang namun juga berperan sebagai panutan bagi kaisar-kaisar selanjutnya.
Karakter unik Dinasti Tang dapat diringkas menjadi “memiliki pemikiran yang terbuka dan luas, menggabungkan inti dari semua yang ada.” Tepatnya semangat ini lah yang telah menempa suatu budaya yang beragam secara kultural dan menjadi periode terbaik dalam sejarah China.
Sastra dan seni
“Puisi Lengkap Dinasti Tang”, disusun selama era pemerintahan Kaisar Kangxi (Dinasti Qing), adalah koleksi lebih dari 48.000 puisi ditulis oleh lebih dari 2.200 penyair. Jumlah penyair ulung dan keaneka ragaman puisi mereka adalah sebuah bintang gemilang di dalam sejarah kesusastraan China. Puisi-puisi yang ditulis selama era Dinasti Tang bukan hanya berjumlah banyak namun juga mengandung nilai artistik tinggi.
Zaman keemasan Dinasti Tang menghasilkan banyak penyair terkenal seperti “Dewa Penyair” Li Bai (701-762), “Penyair Suci” Du Fu (712-770), Meng Hao-ran (691-740) dan Wang Wei (699–759), dimana keduanya terkenal akan puisi-puisinya yang menggambarkan kealamian pemandangan, Gao Shi dan Cen Shen yang kebanyakan puisi-puisinya tentang keterbatasan dalam hidup, “Penyair konfusius” Wang Changling (698–765), dan seterusnya. Pada tahun-tahun berikutnya, penyair Bai Juyi (772–846) mewakili banyak penyair di era tengah hingga akhir Dinasti Tang. Puisi-puisi mereka mengandung makna yang dalam, mengesankan dan berjangkauan luas. Mereka melebihi penyair yang biasanya dan melambangkan semangat Dinasti Tang.
Dalam penambahan seni membuat puisi, gaya sastra Tang dan cerita tentang keajaiban juga meraih tingkatan artistik yang sangat tinggi. Para sarjana Dinasti Tang menuliskan tentang kehidupan penduduk sipil dan mengungkapkan sisi gelap yang ada di dalam masyarakat, dan menunjukkan ketajaman di dalamnya, keberanian, rasa tanggung jawab, pandangan ke masa depan yang luar biasa dan cara pandang yang luas. Di antara garis yang ada kita dapat memahami keinginan mereka “menyelamatkan banyak orang, dan memelihara perdamaian dan kemakmuran masyarakat”.
Kaligrafi dan lukisan
Taizong menaruh perhatian besar pada seni kaligrafi. Ia mendirikan Istana Hongwen dan menunjuk para pelukis kaligrafi terkenal untuk mengajarkan para pelajar. Ia memberikan perintah bagi semua pejabat yang pangkat kedudukannya di atas tingkat kelima harus pergi ke Istana Hongwen untuk mempelajari seni kaligrafi. Taizong mengagumi seni kaligrafi dari Wang Xizhi (303–361), seorang diantara pelukis kaligrafi yang terkenal, sebagai “sempurna dalam kenaikan dan seni” dan diakui sebagai gaya kaligrafi Wang.
Di bawah pengaruh Taizong, kaisar-kaisar selanjutnya seperti Gaozong dan Zhongzong juga dicintai dan diakui sebagai pelukis kaligrafi yang baik. Hasilnya, kaligrafi nencapai puncaknya selama era Dinasti Tang. Dinasti Tang juga menghasilkan pelukis kaligrafi terbanyak di antara seluruh dinasti. Ouyang Xun, Yu Shinan, Yan Zhenqing, dan Liu Gongquan adalah diantaranya. Kaligrafi mereka masih berfungsi sebagai contoh terbaik bagi pecinta kaligrafi.
Perputaran lukisan sangat aktif selama Dinasti Tang, dan cakupan subyeknya lebih luas dibandingkan era sebelumnya.
“Gambaran Sebenarnya Taizong” dan “Dua puluh empat pejabat luar biasa” oleh pelukis Yan Liben (600-673) terlihat realistis dan dengan jelas mewakili gambaran dan ekspresi Taizong dan para pejabatnya. Oleh karena itu Yan dinyatakan sebagai dewa pelukis.
Pelukis lain, Wu Daozi (680-740), membuat lukisan dinding lebih dari 400 penganut Buddha dan Tao dalam kuil di Chang’an dan Luoyang. Masing-masing gambar pengikut Buddha dan Tao; selain itu, lukisannya sepenuhnya menggambarkan keagungan Buddha dan Dewa, dan kemegahan surga. Ia mampu menyelesaikan sebuah lukisan dengan satu goresan kuas, dan lukisannya dengan cepat membuat penduduk kota Chang’an terpesona.
Generasi selanjutnya memujanya sebagai “Pelukis Suci” dan menggambarkan lukisannya sebagai berikut: “Lambaian kuas seperti pusaran angin, seperti dewa tengah membantunya. “Para Pelukis dan seniman pahat menganugerahinya sebagai “Master Pelukis Ulung.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar