Kesan yang ditangkap penulis mengenai pusat-pusat perbelanjaan di kedua kota besar ini, adalah sikap pelayanan pramuniaga di New York, tidak lebih baik daripada di Beijing, barang-barang yang diperdagangkanpun tidak lebih banyak, ruang pamernya juga tidak lebih luas. Namun ada satu hal yang lebih baik, yakni di New York, ketika masuk ke dalam pertokoan tidak harus menitipkan tas, baik anda mengunjungi supermarket besar ataupun toko kecil.
Mengunjungi pertokoan di Beijing, supermarket besar ataupun toko-toko kecil, harus menitipkan dulu tas atau barang bawaan, menerima kartu nomor dan masuk dengan tangan kosong. Pengurus toko memutuskan aturan ini, mungkin dua alasan. Pertama, agar pengunjung lebih leluasa dalam berbelanja. Kedua untuk mencegah pengunjung mencuri barang mereka.
Penulis telah bertahun-tahun terbiasa menitipkan tasnya saat tinggal di Beijing. Toko dikelola orang lain, aturannya juga ditentukan orang lain, bila Anda tidak menitipkan tas, maka akan didatangi petugas keamanan untuk meminta menitipkan tas Anda.
Ketika mengunjungi pertokoan di New York, sebelum masuk penulis bertanya kepada putranya, ”Barang bawaan dititipkan di mana?”
Jawabnya, ”Bawa masuk saja, tidak perlu dititipkan.” Penulis sedikit ragu. Putranya dapat mengetahui keraguan sang ayah, lalu dia berkata, ”Tenanglah, kalau mereka berani mencurigai Ayah, berani memeriksa bungkusan Ayah, ini merupakan penghinaan, diskriminasi, artinya telah melanggar hak asasi Ayah, saya akan menuntut mereka!” Sang anak tentu saja percaya bahwa ayahnya tidak “panjang tangan”.
Di dalam toko, penulis melihat banyak pengunjung membawa bungkusan, ada pengunjung juga membawa masuk barang yang dibeli dari toko lain, di kasir membayar barang yang dibeli di toko tersebut saja. Petugas kasir sama sekali tidak memeriksa ataupun menanyakan bungkusan dan barang dari toko lain.
Yang lebih mencengangkan, ada pengunjung yang begitu saja memasukkan barang yang dibeli ke dalam kantong yang dibawanya, kemudian di meja kasir mengeluarkannya lagi satu per satu, petugas kasir menerima pembayaran sejumlah barang yang dikeluarkan saja. Jelas terlihat petugas kasir sama sekali tidak mencurigai apakah dia telah mengeluarkan semua barang yang diambil, semuanya berjalan dengan wajar.
Teringat keraguan pada waktu masuk tidak menitipkan barang bawaan, teringat ketercengangan ketika sebagian pengunjung memasukkan barang yang dibeli ke dalam kantong yang dibawa sendiri.
Penulis merasa malu, merasa telah “menggunakan pandangan seorang yang bermartabat rendah untuk mengukur perilaku orang yang bermartabat tinggi”.
Jangan meremehkan perihal mengunjungi toko tanpa menitipkan barang bawaan. Hal ini membuat para pengunjung menyadari bahwa toko menghargai, mempercayai, bersahabat dan juga memberi keleluasaan kepadanya.
Tentu saja penulis juga tidak percaya bahwa para pengunjung di Amerika tidak ada yang ”panjang tangan”, namun tentunya mereka mempunyai langkah pencegahan yang sesuai, siapapun yang ”panjang tangan” akan menebus dengan sangat mahal. Sebaliknya, apabila seseorang ingin menjadi ”panjang tangan”, meskipun sudah menitipkan barang bawaannya, setelah masuk masih tetap dapat mengutil.
Pernah terjadi peristiwa memalukan, di sebuah supermarket di Shanghai tertangkap seorang pengunjung bersembunyi di toilet memakan ayam panggang yang dicuri dan menjadi berita yang ramai digunjingkan. Hal ini sama sekali tidak berhubungan dengan menitipkan barang bawaan atau tidak, orang yang mencuri ayam panggang tidak membawa bungkusan, dia hanya membawa sebuah mulut dan sepasang tangan.
Masyarakat kita hendaknya berupaya keras untuk menciptakan suatu atmosfir ketulusan dan saling mempercayai, perlu ada saling percaya yang paling mendasar, Anda jangan selalu mewaspadai saya, saya mewaspadai Anda, Anda mencurigai saya, saya mencurigai Anda.
Dengan demikian hubungan antar manusia akan menjadi kompleks dan tegang, sensitif dan dingin, yang terus berkembang menjadi saling berprasangka, saling adu taktik, saling menipu, siapakah yang suka hidup dalam lingkungan yang demikian?
Tentu saja, syarat menitipkan barang bawaan di toko-toko Beijing dibuat karena mereka mempunyai kesulitan. Sedangkan di toko-toko Amerika tidak, karena ada syarat-syarat yang telah dipenuhi. Dalam hal ini tentu saja kita tidak dapat membandingkan begitu saja secara tidak realistis, namun kita harus melihat secara objektif, yakni melihat secara objektif “perangkat keras”, terlebih lagi melihat secara objektif jarak “perangkat lunak” nya.
Yang amat penulis kagumi adalah atmosfir mereka yang saling menghormati, saling mempercayai dan bersahabat, merupakan kebiasaan dan peradaban mereka yang tinggi. Peradaban Eropa-Amerika ada yang sangat bermanfaat untuk dicontoh, apa yang terlihat oleh penulis hanyalah pada permukaannya saja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar