Sabtu, 17 Juli 2010

Kisah Dewa Sungai Kuning


Sungai Kuning di Jixian, Provinsi Shanxi. (GETTY IMAGES)
Sungai Kuning di Jixian, Provinsi Shanxi.
Orang China kuno menganggap penting Sungai Kuning, sebagai tempat lahirnya peradaban China. Para petani menggunakan air Sungai Kuning untuk mengairi tanaman padinya. Itulah sebabnya mereka menamakan sungai itu Sungai Dewa atau Sungai Surga.

Menurut legenda, pada suatu musim gugur, hujan yang sangat lebat telah membuat semua permukaan air sungai tinggi. Melimpah ruah keluar dari pinggiran sungai dan masuk ke Sungai Kuning, yang membuatnya menjadi makin luas, dalam dan besar. Dewa Sungai Kuning gembira bukan kepalang dan menjadi sombong, membayangkan dirinya sebagai tubuh air paling kuat di bumi.

Berjalan ke hilir, ia sampai di Laut China Utara. Ia melihat ke timur, tetapi tidak dapat melihat garis pantai. Sejak saat itu Dewa Sungai merasa dirinya kecil dan memberi hormat kepada Dewa Laut China Utara sambil berkata, "Saya sombong dan suka menguasai, mengira saya lebih hebat dari semua yang lain. Sekarang saya sudah melihat kebesaran laut dan mengenali rasa puas diri saya. Bila saya tidak melakukan perjalanan ke sini, selamanya saya tidak akan menyadari."

Namun Dewa Laut China Utara dengan rendah hati menjawab, "Diantara langit dan bumi saya semata-mata hanyalah sebuah ruang kecil diantara tanah yang sangat besar. Semua tujuh samudera digabung menjadi satu tak lebih hanyalah sebutir debu dalam alam semesta. Saya masih jauh untuk disebut hebat."

Cerita ini adalah sumber dari pepatah China, "Merendahkan diri di hadapan samudera luas", yang mengindikasikan bahwa seseorang telah menemukan keterbatasannya dan merasa puas.

(The Epoch Times/bdn)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Postingan Populer