Senin, 19 Juli 2010

Upacara Teh, Tradisional Korea


Pikiran yang tenang merupakan hal yang utama dalam menghidangkan  teh Korea. (flickr)
Pikiran yang tenang merupakan hal yang utama dalam menghidangkan teh Korea.
Selama turun-temurun, perempuan Korea telah mewariskan upacara teh adat yang dikenal dengan sebutan Darye. Setiap tahunnya di bulan Juni, tradisi ini dan berbagai upacara teh dari seluruh dunia dirayakan pada Daegu World Tea Culture Festival (Festifal Budaya Dunia Daegu) di Daegu, Korea Selatan.

Festival ini diselenggarakan untuk merayakan seluruh aspek budaya dan tradisi teh di Asia, termasuk upacara pertunjukan teh China dan Jepang. Selain menyedot banyak penonton, pertunjukkan ritual minum teh ini bisa memberi kesan mendalam bagi siapa saja yang melihatnya, yang memancarkan kesopanan dan ketenangan.

Para partisipan di festival datang untuk mencicipi beragam variasi yang ditawarkan dan beberapa datang karena manfaat kesehatan dari minum teh.

Namun karena festival ini diselenggarakan di Korea, bintang dari pertunjukan ini adalah Darye. Darye telah ikut berpartisipasi di Korea selama ribuan tahun, terdiri dari dua jenis upacara besar, "Ritual Khusus" dan "Ritual Harian."

Sebuah pertunjukan upacara teh "Ritual Khusus" digelar di panggung. Dinamakan Upacara Teh Lotus dan ditujukan bagi seseorang yang disayangi seperti suami atau kerabat. Juga bisa dilakukan untuk menunjukkan penghormatan kepada Budha.

Seluruh perempuan duduk di panggung menggunakan pakaian tradisional Korea berwarna putih yang dikenal dengan Hanbok. Gerak-gerik kaum perempuan sangat anggun dan santun, namun di saat yang sama, sangat tenang. Cho Soo Kyung, yang memperagakan ritual ini, mengatakan bahwa kain berwarna-warni yang digunakan dalam ritual ini melambangkan aspek-aspek kehidupan yang berbeda.

"Setiap warna kain memiliki makna tersendiri. Putih melambangkan alam semesta, biru bermakna tanah, kuning bermakna kebajikan, merah bermakna surga," jelasnya. "Kain kecil berwarna putih memiliki makna kehamilan, merah muda melambangkan kegembiraan dan suka cita, maka kami percaya kain-kain yang digunakan dalam upacara adalah untuk memasukkan unsur alam semesta."

Ia menggambarkan bagaimana teh dipersiapkan di malam hari, dibungkus dan diikat di dalam setangkai bunga lotus hidup, dan dibungkus menggunakan daun bunga lotus. Teh kemudian dibiarkan selama semalam agar aroma bunga melekat dan dibuka pada pagi harinya untuk dihidangkan.

"Hal ini akan memberikan sebuah rasa yang khas pada teh."

Cho melanjutkan, namun hal yang terpenting adalah di saat mempersiapkan hidangan teh, pikiran harus tenang dan bersih. Ia mengatakan bahwa menjadi peraga pada upacara teh merupakan pengalaman yang sangat sakral.

"Saat saya membuat teh, diri saya harus menyatu dengan alam semesta, sehingga saya mencoba membuang semua bentuk pemikiran, mencoba berkonsentrasi serta membersihkan pikiran."

Kim Miyok, guru yang selama ini mengajari Cho, telah mempraktekkan seni Darye selama 20 tahun dan mengajarkan seni ini kepada orang-orang selama delapan tahun. Ia memperagakan "Ritual Harian," jenis yang paling sering diperagakan dalam berbagai upacara teh di Korea. Air mendidih dituangkan ke dalam sebuah mangkuk untuk dibiarkan hingga agak dingin. Hal ini dilakukan agar teh tidak terlalu pahit. Air kemudian dituang ke dalam poci teh dan teh siap dihidangkan.

Ia mengatakan bahwa makna Darye lebih dari sekedar minum teh.

"Dari pemilihan daun teh dan pembuatan teh, hingga minum dan penyimpanan teh, berbagai proses ini merupakan seluruh bagian dari seni membuat teh. Seni ini membimbing orang untuk memiliki kesadaran. Mengikuti proses pembuatan teh dapat memberi pencerahan hati dan pikiran."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Postingan Populer