Senin, 19 Juli 2010

Tradisi Pernikahan Di Brazil


(GETTY  IMAGES)
Sebagai pewaris budaya Katholik Eropa, pernikahan orang Brazil biasanya adalah campuran dari tradisi kuno dan cara berpikir moderen. Setelah berpacaran selama beberapa tahun, pasangan akan memutuskan untuk menikah, dengan umur rata-rata 25 tahun.

Mereka akan menggunakan 2 atau 3 tahun berikutnya untuk memilih tamu, gereja, tempat pesta, hidangan, pakaian, semua barang, menyeimbangkan apa yang mereka impikan dan apa yang dapat mereka hasilkan. Di masa lalu, keluarganya akan membayar semuanya sebagai mas kawin.

Tetapi zaman sekarang ini segala hal telah berubah dan pasangan harus membayar semuanya untuk mereka sendiri atau kedua keluarga akan membagi biayanya.

Di Brazil, dahulu pernikahan ini biasanya hanya diumumkan kepada sanak keluarga dan teman pengantin perempuan dan pengantin pria. Namun, zaman sekarang, kebiasaan mengadakan suatu pesta besar pertunangan merupakan suatu pamer kemewahan dan adanya selera tinggi.

Pernikahan sipil selalu mementingkan agama. Gereja tidak bisa melakukan upacara keagamaan jika pernikahan sipil belum dilakukan. Untuk pernikahan sipil, pengantin perempuan dan pria harus pergi ke kantor 2 kali. Pertama kali ialah untuk kualifikasi yang terdiri atas proses analisa data. Kali ke-2, 30 hari kemudian, ialah upacara pernikahannya itu sendiri.

Upacara keagamaan terdiri dari 3 yang utama: Prosesi masuk ruangan, dimana para tamu harus hadir terlebih dulu sebelum pengantin masuk, karena bersama-sama dengan pendeta mereka mewakili gereja yang menerima pasangan itu untuk pemberkahan pernikahan. Liturginya dimana pendeta mengucapkan kata-kata suci, memberkati pernikahan itu dan pada akhir acara juga ada tanda tangan dan foto-foto; dan bubarnya para tamu.

Di gereja katolik, liturgi boleh terdiri dari 2 upacara: Misa dan Pernikahan, atau hanya upacara pernikahan saja. Pemilihan tanggal dan upacara ditentukan di gereja dengan menyerahkan dokumen yang diminta oleh Kuria Keuskupan Gereja yang paling terkenal di Brazil memerlukan reservasi tanggal pernikahan dilakukan pada setahun sebelumnya.

Gereja yang khidmat penuh tamu, orchestra kecil membuka upacara, dan tempat itu didekorasi dengan bunga putih atau kuning dimana-mana.

Pengantin laki-laki dengan tuxedo hitam menanti dengan penuh minat, ketika terompet dibunyikan mengumumkan orang yang paling dinanti-nantikan telah tiba. Jeprat-jepret kamera di mana-mana. Semua orang berdiri ketika pengantin perempuan yang cantik berjalan perlahan dengan gaun pengantin putih panjangnya dan menemui orang yang dicintainya.

Pendeta mengucapkan kata kudus yang membangkitkan semangat, pasangan itu membuat janji mereka satu sama lain dan dengan berkah dari Tuhan mereka dinyatakan menjadi suami dan istri.

Setelah upacara keagamaan selesai, itulah saatnya pesta. Semua orang pergi ke gedung pesta. Banyak makanan dan minuman, keluarga, teman lama dan baru semua berkumpul, musik indah diputar sepanjang malam dan semuanya menari.

Tiba-tiba, musik berhenti. Pengantin perempuan dan pria segera akan berdansa Waltz. Namun, tidak ada pernikahan orang Brazil yang sempurna tanpa adanya suara yang merdu dari sekolah samba yang memainkan drum mereka dengan kuat di akhir acara.

(Felipe Santiago/The Epoch Times/jef)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Postingan Populer